lima belas

3.3K 231 0
                                    

"Besok kita kembalikan Rafka ke panti itu ya, pasti mereka mencarinya," ujar Steffan.

"Jangan pak, kasian Rafka disana," tolak Shella sambil memandang Rafka yang tertidur di sampingnya.

"Shella, jangan keras kepala!" Ujar Steffan.

"Kasian Rafka pak kalo kembali ke sana, dia sering disakitin temen-temennya. Pas saya mandiin dia tadi, banyak luka di tubuh dia," jelas Shella.

"Shell.."

"Pak, apa salahnya sih kita biarin dia tinggal disini, atau nggak saya bawa dia tinggal di rumah saya," balas Shella.

"Apa maksud kamu?" Steffan menatap Shella tajam.

Shella menunduk, ia sama sekali tidak berani manatap Steffan.

"Kamu mau pergi, seperti itu hm?"

"Ng-nggak gitu maksudnya, Pak.." ujar Shella pelan.

🌱


"Rafka bisa berhitung?" Tanya Shella.

"Bisaa," jawab Rafka dengan antusias. Dia berdiri di depan Shella.

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, sembilan, hmm apalagi ya?"

"Delapannya kelewat, harusnya udah tujuh itu delapan," ujar Shella membuat Rafka mengangguk bocah itu duduk kembali.

"Sudah sembilan itu angka sepuluh," katanya sambil mengusap rambut Rafka.

Mereka kini berada di taman belakang rumah, Shella mengajari Rafka berhitung.

Tanpa ia sadari, Steffan memperhatikan mereka di jendela. Shella sudah sangat dekat dengan anak itu. Ia merasa tidak tega jika harus memisahkannya.

Steffan menghampiri mereka dan duduk di samping Shella.

"Hai Om Efan," sapa Rafka sambil melambaikan tangan mungilnya.

Steffan mengangguk sambil tersenyum tipis. Dia memperhatikan Shella yang memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Aka lagi berhitung sama Kakak cantik, dia ajarin Aka," ujar Rafka.

"Cepat ganti baju, siap-siap. Kita mau pergi," ujar Steffan lalu beranjak dari sana.

Shella menghela nafasnya, ia mengajak Rafka masuk ke dalam. Ia masih kesal dengan Steffan karena hal semalam.

Saat masuk kamar, ia melihat Steffan yang sedang memakai jaket.

"Kita mau kemana Pak?" Tanya Shella.

"Jangan banyak tanya! Cepat bersiap!"

Shella memandang Steffan kesal, ia lalu berjalan ke kamar mandi sambil menghentakan kakinya.

Steffan menggeleng melihat tingkah istrinya itu. Shella memang masih labil, jadi ia harus sabar menghadapi tingkahnya.

🌱


"Kok Rafka dibawa sih pak? Emang mau kemana?" tanya Shella setelah mereka berada di mobil dan melihat Rafka di jok belakang.

"Panti asuhan,"

"Pak.." Shella menatap Steffan dengan memelas. Ia tidak mau jika Rafka kembali ke sana.

"Jangan ya pak, saya mohon.."

Steffan tidak menghiraukannya, ia fokus mengemudi dan sesekali melirik ke belakang untuk meluhat Rafka. Bocah itu terlihat sangat senang saat melihat ke luar jendela mobil.

Life With My Lecturer [republished ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang