sembilan belas.

3.5K 260 6
                                    

Pernikahan Dio dan Jiya berjalan lancar. Kini Steffan dan Shella sudah kembali ke rumah Steffan.

Yona juga sangat menyukai Rafka, bahkan ia meminta Rafka agar menginap disana. Dia memang sangat menyukai anak kecil.

"Kenapa senyum-senyum sendiri," tegur Steffan saat melihat Shella tersenyum sambil menggulingkan tubuhnya kesana kesini.

"Saya lagi baca au pak, seru banget. Saya sampe baper banget,"

"Suka kok sama karakter fiksi," cibir Steffan.

"Ya terserah saya dong pak,"

"Giliran di deadline tertekan, tidak di deadline malah rebahan, halu lagi bisa dapatin cowok fiksi," Steffan menyindir Shella sambil merebut ponsel menyimpan di sakunya.

"Iih pak balikinn," protes Shella.

"Ambil saja kalau bisa," Steffan menyimpaj ponsel Shella di saku celananya.

"Ck, yaudah nggak jadi. Kalau saya ambil hp nya bahaya,"

"Saya terlalu kaku ya?"

Pertanyaan Steffan membuat Shella yang awalnya ngambek cepat menoleh.

"Iya pak, kayak kanebo kering. Kaku banget," jawab Shella.

🌱

Shella mengintip Chandra yang sedang memeluk Wanda di ruangannya. Di sampingnya sudah ada Megan yang hampir menangis.

"Kurang ajar emang! Dia deketin lo, terus meluk-meluk cewek lain seenaknya!" Shella geram.

"Shel, padahal dia bilang mau lebih deket sama gue, tapi.." Megan sudah terisak.

"Shella!"

Steffan menghampiri mereka, dia menatap istrinya meminta penjelasan.

"Ini pak, Pak Chandra meluk-meluk cewek di dalem, padahal udah kasih sahabat saha harapan," jelas Shella menggebu-gebu.

Steffan mengisyaratkan Shella untuk menyingkir, ia melihat ke dalam lewat kaca jendela kecil.

"Shel, itu-"

Terlambat, Shella sudah membuka pintunya. Membuat Chandra dan Wanda terkejut lalu melepaskan pelukannya.

"Ada apa?" Chandra menghampiri mereka dan terkenjut melihat Megan menangis.

"Pak Chandra apa-apaan sih? Udah kasih harapan ke Megan kok masih deket-deket sama cewek lain," kata Shella.

"Ini Wanda-"

"Saya tau Pak, tapi Bapak juga bilang mau lebih dekat sama Megan, Bapak kasih harapan sama dia. Terus di php-in," potong Shella.

"Bukan gitu, Wanda itu-"

"Bapak tega.."

"Stef, amamin bini lo dulu,"

Steffan mengangguk lalu menarik Shella agar berada di dekatnya. Tentu saja Shella protes.

"Jadi gini-"

"Udah lah pak, ngaku aja. Kasian sahabat saya,"

"Diem atau saya cium kamu sampai pingsan!" Ancam Steffan berhasil membungkam Shella.

Life With My Lecturer [republished ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang