delapan

2.9K 265 5
                                    

Shella kini sedang berada di ruangan Steffan, karena ia dibimbing langsung oleh Steffan karena mendapat nilai terendah.

"Perhatikan baik-baik, saya tidak akan mengulangi lagi," titah Steffan.

Shella mengangguk, ia dengan teliti mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari dosennya itu. Walaupun jantungnya berdebar kencang ksrena jarak mereka sedekat ini.

"Mengerti?" Tanya Steffan.

"Mengerti pak," jawab Shella.

Steffan langsung memberikan beberapa contoh soal kepada Shella. Shella mengerjakan sesuai arahan Steffan.

Steffan tak sengaja memperhatikan Shella yang sedang mengerjakan tugas, gadis itu terlihat sangat serius, terlihat manis.

Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali, menampik pikirannya yang terpenuhi oleh Shella.

"Kenapa pak?"

"Tidak apa-apa, kamu sudah selesai?" Tanya Steffan.

"Sudah pak," Shella menyerahkan jawaban yang baru saja ia selesaikak pada Steffan.

Steffan langsung memeriksanya, semua jawabannya benar. Shella sudah takut akan kembali dimarahi jika jawabannya salah.

"Kamu kalau memperhatikan akan bisa megerti cara mengerjakannya, seperti barusan. Jawaban kamu benar semua," ujar Steffan.

Shella berbinar, ia menatap Steffan tidak percaya. "Beneran Pak?"

"Iya, besok kamu datang ke rumah saya aja. Saya bakal bantu kamu supaya lebih faham materi yang lain,"

"Eh? Siap pak, agak sorean aja ya, saya mau kerja kelompok dulu,"

Steffan mengangguk, ia mengeluarkan sesuatu dari jaketnya. Dia memberikannya pada Shella.

"Ini hadiah untuk kamu," ujar Steffan.

Shella terdiam, ia menatap tangan Steffan yang terulur memberikan coklat dan wajahnya bergantian.

"Saya kepikiran deh buat bangun museum buat nyimpen coklat ini," ujar Shella.

Steffan menghela nafas, dia menarik tangan Shella dan memberilan coklat itu padanya sambil tersenyum tipis.

Shella mengambil pulpen di depannya dan menjadikannya sebagai mic. "Dengan izin Allah dan restu Mamah Papa, insya Allah aku menerima kamu sebagai calon suamiku,"

"Rashella."

"Ampun baginda, saya pamit dulu hehe," cengir Shella lalu keluar dari ruangan Steffan.

Dia tidak tau jika setelah dia pergi, Steffan tertawa dan tersenyum penuh arti. "Anak jaman sekarang."

🌱

Sore harinya Shella datang ke rumah Steffan. Dia langsung disambut oleh Vina. Bahkan Vina membuatkan makanan untuk Shella.

"Mau di ruang tamu atau taman belakang?" Tanya Steffan.

"Taman belakang aja pak, biar lebih adem," jawab

Mereka berjalan menuju taman belakang, Vina yang melihat itu tersenyum senang. Ia berharap jika harapannya terwujudkan.

Mereka duduk di kursi taman yang berhadapan langsung dengan kolam renang. Disana juga ada kolam ikan yang indah.

"Kamu kerjakan soal ini, nanti saya kasih intruksi,"

Shella mengikuti arahan Steffan, dia tersenyum senang setelah menyelesaikan banyak soal dengan benar.

Life With My Lecturer [republished ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang