"Pak, mau sarapan apa?" Tawar Shella saat Steffan duduk di meja makan.
"Roti sama susu,"
"Susu terus, emang nggak bosen apa?" Ujar Shella sambil membuatkan susu untuk Steffan. Tak lupa dia membuatkan roti isi selai kacang kesukaan suaminya.
"Gak, susu itu menyehatkan, apalagi susu alami dari sumbernya," Steffan mengedipkan sebelah matanya.
"Gimana kalau kita pelihara sapi?" Sebuah ide muncul di pikiran Shella.
"Kenapa?" Steffan meyirit heran dengan saran istrinya.
"Kan Bapak suka susu alami, jadi tinggal pelihara sapi aja. Bapak nyusu aja sama sapi, kan langsung dari sumbernya," jelas Shella.
Steffan mendengus. "Y-ya ga gitu juga konsepnya.."
"Bapak juga yang harus nyari rumput, rawat sapi nya, mandiin sapi, terus tidur sama sapi biar nggak dicuri orang," kata Shella.
"Nanti saya buat berita "seorang dosen yang berwibawa dan tampan berubah menjadi seorang peternak sapi" gitu, puas?" Ujar Steffan dengan wajah malasnya.
"Aaaa cocok, pasti Bapak lucu banget deh,"
Steffan tersenyum mendengar pujian Shella, dia memakan rotinya lalu memandang Shella.
"Kayak sapi,"
Senyuman Steffan luntur saat mendengar itu. Ia memprotes, "Shel, masa saya disamakan sama sapi, mana bisa!"
"Uuuu suami saya ngambek," Shella menangkup wajah Steffan lalu mencolek selai coklat dan menempelkannya pada hidung mancung Steffan.
"Shell!" Protes Steffan.
"Habisnya saya iri sama hidung Bapak, bisa bagi sedikit?"
"Jangan, kamu menggemaskan kalau hidung kamu mungil," kata Steffan sambil mencubit hidung Shella.
"Saya ga bisa nafas tau!" Protes Shella.
"Nanti saya kasih nafas buatan.."
Shella memelototi Steffan.
".. pake pompa ban tapi," lanjut Steffan.
Steffan terkekeh melihat raut wajah kesal Shella. Mungkin membuat Shella kesal adalah hobinya sekarang.
"Ayo berangkat, pakai motor tapi," kata Steffan.
"Gapapa Pak, biar kayak Milea sama Dobleh," jawab Shella.
"Bukannya Dilan sama Milea yah?"
"Mas Dilan itu pacar saya, kalo Bapak itu Dobleh," cengir Shella.
"Saya tinggal," Steffan berjalan cepat keluar. Shella tertawa lalu mengikuti Steffan.
"Jangan ngambek atuh ganteng,"
"Ayok naik, nanti terlambat,"
Shella mengangguk lalu naik di bagian belakang, dengan bantuan Steffan tentunya. Karena motornya yang terlalu tinggi membuat dirinya susah menaikinya.
"Pegangan,"
"Kemana pak?"
Steffan berdecak lalu menunjuk pinggangnya, Shella pun memegang jaket Steffan dengan dua jari.
"Kenapa begitu?" Steffan menyirit heran.
"Bukan mukhrim pak,"
Karena kesal, Steffan langsung melajukan motornya, Shella yang terkejut reflek melingkarkan tangannya di pinggang Steffan.
Steffan tersenyum saat merasakan Shella memeluknya.
"Nanti kalau kelas selesai kamu ke ruangan saya," ujar Steffan dengan sedikit berteriak karena berisik oleh kendaraan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life With My Lecturer [republished ]
Teen FictionDi dunia ini yang paling menyebalkan bagi Shella adalah tugas. Apalagi dengan dosennya yang sangat menyebalkan. Shella rasanya ingin menhilang saja. "Rashella Anindya! Kamu bisa belajar lebih serius? Mau jadi apa kamu ini?" "Istri bapak hehe," "M...