tujuh belas

3.3K 233 21
                                    

Steffan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena banyak tidur. Dia bangkit dari ranjangnya dan keluar dari kamar.

Matanya melihat sekeliling mencari keberadaan Shella. Akhirnya Steffan berjalan menuju taman belakang, biasanya Shella ada di sana.

Benar, Shella ada disana. Dia sedang bermain dengan Rafka. Langsung saja ia menghampirinya.

"Shell.."

"Pak, udah enakan?" Tanya Shella.

Steffan mengangguk lalu duduk di samping Shella. "Masih pusing sedikit,"

"Makannys kalo kerja itu jangan terlalu diforsir tenaganya. Bapak juga perlu istirahat, jangan suka maksain diri sendiri. Kalo capek ya istirahat, Bapak itu manusia bukam robot," omel Shella.

Steffan mengulas senyum mendengar omelan Shella. "Bawel sekali kamu, kayak Ibu,"

"Ibu? Mamah kamu?"

"Ibu dari anak-anak saya,"

Jawaban Steffan membuat Shella terkejut, ia menangkup wajah Steffan. "Siapa kamu? Mau apa lo di tubuh suami gue? Keluar!"

Shella memegang kepala Steffan. "Allahumma bariklana fiima rozaqtana waqina ada bannar.."

Steffan menepis tangan Shella. "Kamu apa-apaan sih?"

"Saya lagi ngeruqyah bapak, takutnya ada jin yang masuk," jawab Shella.

"Apa sih? Saya ga kesurupan!" Bantah Steffan.

"Yaa siapa tau kan, bapak sih ngomongnya asal jeplak,"

"Ya kan emang benar, kamu istri saya dan akan jadi Ibu dari anak-anak saya," kata Steffan.

"Pak, pikirin jantung saya dong,"

"Kenapa memang jantung kamu?" Tanya Steffan sambil menunjukan tampang bodohnya.

"Au ah gelap," Shella berbalik memunggungi Steffan. Berusaha menetralkan detak jantunya.

"Lagi pula, masa kamu ruqyah pake do'a sebelum makan," cibir Steffan.

"Bapak lagi sakit kok aneh ya, apa kepalanya kebentur sesuatu? Ya ampun pak, ayo ke rumah sakit," Shella menggelengkan kepalanya.

"Jangan mulai," tegur Steffan.

Rafka sedari tadi hanya memperhatikan mereka bertengkar, dia membantin. Apa dia salah pilih keluarga..

"Ayah sama Bunda kenapa?"

"Ayah kamu kesurupan, hiii ayo pergi," Shella menggendong Rafka dan meninggalkan Steffan disana.

"Lihat aja Rashella, kamu akan saya hukum!"

"Nggak takut wlee," Shella memyembulkan kepalanya di balik pintu mengejek Steffan.

...

Shella menyentuh dahi Steffan beberapa saat. "Masih agak anget badannya, mau minum obat lagi, gak?"

Steffan menggeleng. "Gak usah,"

"Tapi masih pusing, gak?"

"Sedikit. Pegel juga badan," keluh Steffan.

"Saya pijitin mau?"

"Boleh,"

Shella lalu bangkit dan berdiri di belakang Steffan, pelan-pelan dia mulai memijat bahu dan juga pundaknya. Walaupun dia tidak pintar, namun Shella dulu sering disuruh Dio untuk memijatnya dengan imbalan uang jajan ditambah.

"Enakan?"

Steffan mengangguk. "Lumayan,"

"Nanti malem mau dimasakin apa?"

Life With My Lecturer [republished ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang