dua puluh tiga

109 8 0
                                    

"Masih banyak revisi, Gan?" Tanya Shella.

"Iya, nih. Gak beres semalem kayaknya. Harus gadang lagi buat ngerjain. Ya Tuhann," keluh Megan.

"Sabar, sist. Nanti juga kelar kalo dikerjain, gue juga masih banyak, nih. Begadang mulu. Laki gue jadi suka ngomel katanya gak sehat. Tapi kan tugas dari blio juga kita kayak begini,"

"Huhu, gue gak kebayang jadi lo, deh. Udah tugas numpuk, belum lagi urus rumah, urus suami, pusing sendiri gue bayanginnya," kata Megan.

"Pak Steffan sering bantu kerjaan rumah kok. Cuci piring, setrika baju, kadang sama dia," jawab Shella.

"Jujur ya, gue masih penasaran. Cara pak Steffan ajak lo nganu begimane anjir? 'Shel, ayo skidipapap. Shel ayo nganu' anying gue geli," ringis Megan seraya bergidik 

Shella memukul bahu Megan, "lo apaan, sih? Privasi lah, anjir."

"Hehehe, tapi lo pernah nolak gak, sih?"

Shella menggeleng. "Selama gue bisa atau gak halangan ya gas gas aja,"

"Si anjir! Huwaaa jadi pingin nikah,"

Shella menelan ludahnya saat tiba-tiba merasa mual, dia menutup mulutnya. Ketika rasa mualnya semakin terasa.

"Eh, kenapa, Shel?!"

"Mual banget, gue ke air dulu, ya. Pingin muntah," Shella terburu-buru berjalan menuju kamar mandi. Megan dengan segera menyusul Shella.

"Shel," kata Megan seraya mengusap punggung Shella.

"Hhh mual banget, padahal gue baru aja makan jadi keluar lagi," keluh Shella.

Megan memberikan Shella air putih, dan diminum sedikit. Perutnya kini terasa sakit dan perih. Apalagi perut bagian bawahnya yang terasa sangat keram.

"Lo hamil, Shel?" Tanya Megan.

Shella menggeleng. "Gue lagi dapet malah. Kayaknya asam lambung gue naik atau masuk angin, deh."

"Yaudah, gue anter ke ruang kesehatan, ya. Lo istirahat dulu aja,"

Shella hanya mengangguk. Dia berjalan pun membungkuk karena perutnya terasa sangat sakit.

Saat menuju ke ruang kesehatan, mereka berpapasan dengan Steffan dan Chandra. Mereka terkejut melihat Shella yang dirangkul oleh Megan. Dengan segera Steffan menghampiri Shella.

"Shel, kamu kenapa?"

Shella menggelengkan pelan. Berbicarapun rasanya tidak kuat saking lemahnya. 

"Megan, Shella kenapa?" Tanya Steffan.

"Asam lambungnya naik, Pak. Tadi Shella juga muntah," jawab Megan.

Steffan lalu mengambil alih Shella dan membopongnya. Wajah istrinya sangat pucat. Dengan segera dia membawa Shella ke ruang kesehatan.

Dengan perlahan Steffan membaringkan Shella. Wanitanya beberapa kali meringis dan memegang perutnya yang terasa keram.

"Shel, mau ke rumah sakit saja?"

Shella menggeleng. "Gak usah, Pak. Tolong ambilin hotpack aja, pak. Perut saya keram, hari pertama haid kayaknya,"

Dengan sigap Steffan mengambil yang dibutuhkan oleh Shella.

"Kamu gak apa-apa sendiri? Atau mau saya temani? Nanti saya hubungi mahasiswa kalau tidak bisa mengajar," Tanya Steffan.

"Gak usah, Pak. Bapak ngajar aja. Kan sekarang jadwalnya kuis, ini saya juga mau tidur," jawab Shella.

"Yasudah, saya tinggal, ya. Kalau butuh apa-apa telfon saya," Steffan menyelimuti tubuh Shella. Dia lalu mengusap rambut Shella.

Life With My Lecturer [republished ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang