Sebaik dan selama apapun dia bersembunyi, mereka akan tetap mengetahui kebenarannya!
-Gibran.---
Deg
Lagi-lagi jantung Rere berdetak lebih cepat saat gadis yang tak lain adalah cucunya sendiri mengatakan itu. Gabriella, nama yang sangat sering dia dengar di dunia pembisnis. Menurut cerita yang Rere dengar, Gabriella adalah wanita yang sangat tangguh, mampu mendirikan bisnis sendirian.
Cklek
"Kakak " seru gadis itu senang saat melihat kakak-nya keluar dari kamar.
"Kenapa sayang?"
"Bubu udah sadar."
Mata yang tadinya sayup karena mengatuk langsung membola karena kaget mendengar ucapan adiknya.
"Acha pasti mimpi."
"Enggak mimpi, nih baca." gadis itu mengambil ponsel Gibran dari tangan oma Rere sevara halus, kemudian menyodorkannya pada Gibran.
Laki-laki itu dengan jelas membaca pesan yang dikirimkan oleh orang yang menjaga Bubu-nya. Jadi adik-nya sedang tidak bermimpi?
"Besok kita ke Malaysia, oke?"
"No!" gadis itu menggeleng tegas mendengar ucapan kakak-nya, dia ingin sekarang.
"Acha maunya sekarang!"
"Ini udah tengah malam Cha."
"Kakak sama Bubu punya jet pribadikan, jadi nggak ada alasan buat kita nggak ke sana sekarang."
"Tapi kamu nggak bisa kena angin malam terus, nanti sakit."
"Nanti sakit, nanti sakit, nanti sakit, itu mulu alasannya. Tadi waktu aku bicara sama Bubu juga gitu." gerutu gadis itu dengan kesal, dan matanya sudah berkaca-kaca.
"Kakak sama Bubu sayang sama kamu, kita nggak mau kamu sakit kayak dulu lagi." laki-laki itu memegang kedua bahu adik-nya, kemudian mengusapnya dengan pelan.
"Tapi Acha mau ketemunya sekarang hiks!"
Gibran berdecak kesal, bisa gawat jika Khanza menangis seperti ini. "Oke fine."
"Sekarang Acha tanya Keanu sama Bunda."
Gadis itu dengan cepat menghapus air matanya dan mengangguk, Gibran ini sangat berbeda dengan sang ibu. Gibran tidak bisa melihatnya menangis, sedangkan ibu-nya selalu membuat keputusan yang sangat baik dan tidak bisa di bantahkan tapi selalu membuat Khanza menangis. Seperti tadi saat menelfon.
"Oke." setelah mengatakan itu, Khanza langsung masuk ke kamar yang berada di samping kamar Kenzi, meninggalkan Gibran dan oma Rere.
"Gibran."
Laki-laki itu menoleh ke samping, menatap wanita paruh baya yang tadi bercerita dengan adik-nya. "Ada apa?"
"Ibu kamu-
"Jangan membahas masa lalu kalian di depan adik saya. Itu cukup menjadi rahasia kalian, beberapa hari ke depan mungkin ibu saya akan datang kemari, dan semoga kalian bisa menyelesaikan masalah itu." Rere diam membisu mendengar ucapan Gibran.
"Satu lagi, Bubu saya tidak pernah meninggal, itu hanyalah rekayasa, oma bisa menanyakan hal itu pada anak ke-empat oma, Rajandra."
Setelah mengatakan itu, Gibran langsung masuk kembali ke kamar Kenzi. Katakan saja dia keponakan yang tidak sopan karena telah menyebut nama om-nya secara langsung, tanpa ada kata seperti 'Om Rajandra'
---
"Keanu." Khanza mengguncang sedikit tubuh besar Keanu.
"Hmm." Keanu menggumam dengan mata yang masuk terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHANZA -END-
Teen FictionKebahagiaan Menuju Kematian. Khanza Albbiyanca A. Gadis cantik yang menyandang marga A, tapi sayangnya dia tidak mengetahui apa itu kata A. Hidup dengan kemewahan, kebahagiaan dan kasih sayang tidak akan bertahan sampai akhir. Sama halnya seperti ya...