Khanza menatap bangunan yang menjulang tinggi di depannya, wanita itu mengeratkan pegangan tangan pada sang suami saat pintu terbuka lebar. Menampilkan sosok wanita paruh baya dengan mukenah yang melekat di tubuhnya."Sini sayang," bocah perempuan itu langsung berlari dan memeluk kaki sang ibu.
"Inces seneng di sana Bubu!" ujar Princess.
"Masuk gih, Ayah di dalem sama kak Gibran."
Deg
Jantung Khanza berdetak lebih cepat dari biasanya saat mendengar nama itu. Tanpa sadar, kuku panjangnya menusuk tangan suaminya karena genggaman tangannya sangat erat.
"Pergi kamu! Pembunuh!"
Brakk
Carlos menatap istrinya yang terlonjak kaget, dia yakin jika wanitanya ini ingin bertemu dengan Gibran, tapi Khanza terlalu egois karena selalu menyembunyikan keinginannya itu. Menurut Carlos, istri kecilnya itu munafik, karena tidak pernah mengakui apa yang dia inginkan.
Satu lagi, sudah di pastikan jika Cleo menghasut Gabriella lagi tentang Khanza. Itu sebabnya Gabriella semakin membenci Khanza.
"Mau masuk?" tawar Carlos yang dibalas gelengan oleh Khanza.
"Yakin, hmm?"
"I-iya."
"Yaudah, yuk pulang, kasian anak-anak." ajak Carlos.
Khanza mengangguk, kemudian mengikuti Carlos yang menarik tangannya. Sedangkan Carlos yang menarik tangan Khanza beberapa kali menghela nafas kasar, sedari tadi, mata istrinya tidak lepas dari pintu itu.
"Jangan di tatap kalo itu buat hati kamu sakit Za!" kata Carlos menghentikan langkahnya. Membuat Khanza ikut berhenti.
"Hah?" Khanza mengalihkan pandangannya, sial, dia ketahuan. "Nggak, aku nggak ngeliatin itu." elaknya.
"Tatap mata aku kalo kamu nggak liat pintu itu." tegas Carlos, tapi Khanza malah menunduk.
"Za," Carlos memegangi dagu Khanza dengan tangan kirinya, pria itu mengelus lembut pipi istrinya.
"Kenapa hmm?"
"Ka-kangen Bubu sama kak Gibran." katanya di sertai sedikit isakan kecil.
"Mau masuk?"
"Ta-takut hiks."
"Kan ada aku," ujar Carlos seraya membuat Khanza ke dalam pelukannya.
"Pulang aja, kapan-kapan aja kita ke sini."
"Yaudah, tapi nangisnya udah yah."
"Ada yang ngeganjel di hati aku hiks, kayak ada beban hiks,"
Carlos tersenyum samar, pria itu mengeratkan pelukannya, dagunya ia letakkan pada kepala Khanza. Ini yang ia sukai dari Khanza, jika bersama dirinya, pasti wanita itu akan mengatakan keluh kesahnya, tapi jika bersama orang lain wanita itu akan tertutup.
"Kita pulang yah, nanti kamu cerita,"
"I-iya."
Carlos menggendong istrinya ala koala, walaupun sudah berkepala dua, Khanza tetaplah manja, tapi tidak polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHANZA -END-
Teen FictionKebahagiaan Menuju Kematian. Khanza Albbiyanca A. Gadis cantik yang menyandang marga A, tapi sayangnya dia tidak mengetahui apa itu kata A. Hidup dengan kemewahan, kebahagiaan dan kasih sayang tidak akan bertahan sampai akhir. Sama halnya seperti ya...