Part 25.

1.5K 170 17
                                    


Air mata gadis itu sedari tadi turun membasahi pipinya, dia tidak ingin di peluk oleh sang ibu yang telah menyembunyikan hal besar ini darinya, saat ini dirinya tengah di peluk oleh oma Rere.

"Mama cuma nggak mau kamu sedih kalo tau kebenarannya sayang." kata Vanya seraya mencoba untuk mengelus rambut putrinya. Tetapi gadis itu malah menepis tangan sang ibu.

"Mama cuma mikirin perasaan aku, tapi nggak mikirin perasaan Khanza sama kak Gibran hiks."

"Mama nggak mau kamu kepikiran sayang." bela Vanya.

"Tapi tetep aja Mama SALAH! Hiks."

"MUTIA!" bentak Vanya.

"UDAH!" lerai Gabriella.

Wanita berumur 39 tahun itu berdiri dan berjalan ke arah Mutia yang masih menangis di pelukan oma Rere. Wanita itu berjongkok di depan Mutia.

"Dengerin tante yah," kata Gabriella lembut yang di balas anggukan oleh gadis itu.

"Mama Vanya itu sayang sama kamu, dia nggak mau kamu sedih saat tau kebenarannya. Mama Vanya juga nggak mau kamu benci sama Papa Arka karna masa lalu kami dulu. Tante, Mama dan Papa kamu itu punya masa lalu yang kelam, kami nggak mau kalian ngalamin hal sama seperti kami."

"Ta-tapi kenapa kalian nutupin masalah ini sama aku?" tanya Mutia.

"Kita nggak bermaksud nutupin ini semua sayang, tapi-

"Tante mau belain Mama?" tanya gadis itu seraya melepas pelukan sang oma dan menghapus air matanya.

"Tante nggak belain siapapun, tante cuma mau bilang, kalo di sini tuh yang salah tante." ujar Gabriella seraya berdiri.

"Maksud tante?"

"Tante dulu mutusin buat pergi dari keluarga ini sebelum nikah sama Papa kamu, tapi takdir berkata lain, tante dan Papa kamu nikah tanpa sepengetahuan semua orang, kecuali uncle Aja, dia yang jadi wali tante waktu itu."

"Setelah nikah sama tante, Papa kamu terus menerus ngajak untuk ketemu yang lain. Hingga pada akhirnya, kami bertengkar, dan Papa kamu pergi. Malam itu tante nggak tau Papa kamu kemana, tapi, ada yang ngirim foto sama tante, dan itu buat tante marah." jujur Gabriella. Wanita itu memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Mutia, tapi tidak dengan putrinya.

"Foto apa?"

"Kamu tanya aja sama Papa kamu." jawab Gabriella.

"Pah?"

"Papa main gila sama Mama kamu." jujur Arka, membuat Mutia menintihkan air mata, bahkan gadis itu meremas tangan sang oma dengan kuat.

"Besoknya, tante nanya sama Papa kamu tentang foto itu, dan dia jujur. Awalnya tante nggak percaya, tapi mau bagaimana lagi, semuanya nyata sayang. Dan tante mutusin buat cerain Papa kamu. Setelah cerai, tante malah positif, Khanza hasilnya." kata Gabriella lagi dengan tangan yang mengelus rambut Mutia.

"Jangan benci mereka yah, mereka dan kami sayang sama kamu."

Baru saja Mutia ingin bertanya, tiba-tiba suara teriakan Khanza membuat dia mengurungkan niatnya.

"BUBU!"

"Kenapa Cha?"

"LAPER, MAU MAKAN BAKSO BURUNG, TAPI DI MALAYSIA."

"Nggak ada yang kayak gitu Cha!"

"YAUDAH, TAPI ACHA PENGEN KETEMU UPIN IPIN YAH!"

"Susah-

"YAUDAH, ACHA MAU MAKAN SATE KUDA AJA."

"Tap-

"YAUDAH, ACHA MAU BELI MOTOR SPORT SAMA MOBIL LAMBO KELUARAN TERBARU. SEKARANG!"

KHANZA -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang