Part 41.

1.6K 158 78
                                    

Gabriella menatap figuran putrinya yang terpampang nyata dan jelas di kamar yang Khanza tempati dahulu. Kamar yang sudah kosong selama beberapa tahun ini.

Sosok Khanza memang sudah tidak akan kembali lagi ke rumah ini, tapi wangi dari wanita cantik itu masih terasa di kamar ini.

"Bubu ngapain di sini?"

Gabriella tak menjawab putri bungsunya, wanita paruh baya itu tetap fokus pada wajah cantik putrinya yang terlihat sangat ceria dan polos. "Bubu kangen Cha, pengen peluk kamu."

"Aku suka kamar ini Bubu, wanginya bagus, Inces mau kamar ini yah."

"Nggak boleh," balas Gabriella lemah.

"Tapi Inces mau, Inces suka kamar ini!" Princess menatap Bubunya tak suka, karena sedari dulu, apapun yg di inginkannya pasti akan terpenuhi.

"Bubu bilang tidak yah tidak Inces!" Gabriella mencoba untuk bersabar pada tingkah putri kecilnya ini.

"Tapi aku mau kamar ini, titik!"

"Pemilik kamar ini sudah meninggal, dan kamu yang membunuhnya!"

Deg

Bocah berumur 4 tahun 9 bulan itu terdiam, tidak, dia bukan pembunuh.

"Inces bukan pembunuh Bubu, Inces cuma mau balas Onty itu karna udah celakain Bubu." balas bocah itu lirih.

"Dia kakak kamu, bukan Onty!"

"Dia bukan anak Bubu!"

"Kamu masih kecil nggak tau apa-apa, ngerti!"

"Inces mau kamar ini Bubu!" decak Princess.

"Keluar kamu, jangan berharap kamu bisa mendapatkan kamar putri saya!"

---

Princess menangis sesenggukan dan berlari ke arah sang Ayah yang sedang melamun di sofa. Tanpa gadis kecil itu ketahui sang Ayah juga sedang terpuruk karena perginya Khanza.

"A-ayah hiks." Cleo terlonjak kaget mendengar itu.

"Lho? Kamu kenapa hmm?" tanya Cleo seraya menggendong tubuh mungil putrinya.

"Bubu marahin Inces hiks, pa-dahal Inces cuma mau kamar itu hiks."

"Kamar?" beo Cleo tak paham. "Inces udah punya kamar yang cantik, mau kamar yang mana emang?"

"Deket kamar Bubu sama Ayah hiks."

"No!" tegas Cleo.

"Ke-kenapa?"

"Kalo kamu udah besar, kamu akan mengerti dengan sendirinya sayang."

Tangisan Princess bertambah keras, dan itu membuat Cleo sedikit bingung. "Kok nangisnya makin kenceng? Inces kenapa hmm?"

"Bu-bu bilang I-inces pembunuh hiks."

Deg

"Kamu memang sudah membunuh saudaramu sendiri sayang. Tapi Carlos terlalu baik karena tidak menindaklanjuti masalah ini."

"Inces ke kamar gih, Ayah mau ketemu Bubu dulu."

"I-iya Yah."

---

Cleo sedari dari menenangkan Gabriella yang berada di pelukannya, wanita ini menangis sesenggukan karena belum siap kehilangan Khanza.

"Acha?" Cleo mengerutkan keningnya bingung, kenapa istrinya tiba-tiba saja berujar lembut dan seperti menatap seseorang.

"Acha jangan pergi lagi, maafin Bubu yah." ujar Gabriella lembut seraya melepas pelukan suaminya.

"Gab, di sini nggak ada Acha." lirih Cleo, hatinya sakit melihat Gabriella seperti ini.

KHANZA -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang