Haus (pt. 3 of 3)

234 22 4
                                    

Yoora benar-benar tidak menunda waktu lagi untuk membicarakan ini. Dia sudah tidak tahan lagi. Terkadang walaupun dia berusaha menguatkan diri dan mensugesti diri sendiri bahwa dia hanya perlu bertahan sebentar lagi dan dia bisa keluar dari sana secepatnya, namun nyatanya tidak seperti itu. Pekerjaannya tidak pernah stabil. Saat baru saja semua terlihat baik-baik saja, mendadak akan muncul masalah. Entah itu masalah yang sama dan terus berulang, masalah besar atau bahkan masalah kecil yang dibesar-besarkan. Yoora muak, dia lelah, sungguh. Tapi Yoongi...lelaki itu entah bersedia memberi izin atau tidak padanya. Yoora hanya ingin pulang dan berharap Yoongi yang akan menjadi rumahnya bersedia menerimanya dengan tangan terbuka.

Hanya helaan nafas yang menjadi respon pertama Yoongi atas penuturan Yoora. Memang jika melihat keadaan Yoora sekarang, penantian mereka juga tidak akan jelas kapan akhirnya. Namun sejak awal Yoongi memang tidak mau jika Yoora keluar dari pekerjaannya dan bersikap seolah dia melarikan diri disaat kericuhan tengah terjadi. Meski sebenarnya Yoora tidak ikut campur sebagai pelopor kericuhan, wanita itu hanya orang yang terkena imbas.

Tapi bukankah kericuhan yang sesungguhnya sudah berakhir? Yang terjadi sekarang hanya permasalahan biasa bukan?

Lelaki itu menoleh menghadap istrinya, menatap dalam mata Yoora berusaha menyelami dan memahami perasaan sang istri. Dia menimbang selama beberapa saat sebelum mengucapkan kalimat yang membuat Yoora lega luar biasa.

"Pulanglah kalau begitu. Pulanglah saat kau menemukan waktu yang tepat, jangan menundanya lagi."

"Terima kasih," Yoora tidak mampu menahan senyum leganya mendengar penuturan Yoongi. Wanita itu bahkan mengucapkan terima kasih beberapa kali lagi seraya memeluk Yoongi erat.

*

Lonceng pintu kedai berbunyi nyaring ketika pintu terbuka diiringi Hoseok yang masuk dengan tiga orang wisatawan. Yoora yang tengah berbincang dengan bibi Saehee setelah mengantarkan pesanan wanita tua itu menyempatkan menoleh ke arah kedai dan mengangguk singkat menyambut Hoseok. Hoseok menatapnya heran, tersenyum kaku membalas senyum Yoora.

"Selamat datang," sapa Yoongi begitu Hoseok mendekat dan bersiap memesan.

"Hai hyung, eyy hyungnim mempekerjakan seorang pegawai sekarang?" tanya Hoseok penasaran, mengonfirmasi hal yang sudah mengganggu pikirannya sejak masuk kedai.

Mendengar pertanyaan dan lirikan Hoseok pada Yoora yang masih memberikan menu kepada wisatawan yang tadi datang bersama Hoseok, otomatis membuat Yoongi tertawa kecil.

"Itu istriku," jawab Yoongi pelan.

"Wah kau baru menikah?"

"Tidak, kami menikah tahun lalu. Tapi dia bekerja di kota sebelumnya."

"Benarkah?" sontak mata Hoseok membola mendengarnya, namun anggukan yang Yoongi berikan membuat Hoseok mau tak mau percaya, "Wah kukira kau masih lajang hyung, maaf maaf."

"Tidak apa-apa, jadi kau mau pesan apa?"

"Gyoza dan tempura yang kemarin ada kan hyung?"

Sebelumnya, Hoseok memang sempat memesan gyoza sebagai makanan khusus untuk kunjungannya kali ini karena kliennya berasal dari Jepang.

"Ada. Itu hidangan khususnya kan? Kalau regularnya kau mau apa?"

"Hmm aku mau bimbimbap saja, mereka biar memesan sendiri semaunya."

Yoongi mengangguk, dia mendongak dan mendapati Yoora yang terlihat kebingungan melayani para wisatawan dari Jepang itu.

"Hoseok-ah, bisa minta tolong kau bantu dia tidak? Sepertinya dia kesulitan menjelaskan menu kami."

Suga's FicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang