Yoongi membantu mengurut tengkuk Nara yang tengah memuntahkan cairan bening. Hari ini lelaki itu terjaga jauh lebih pagi dari biasanya. Hari-hari lainnya ketika Nara mengalami morning sickness, dia mengatasinya sendiri karena Yoongi belum bangun.
"Sudah?" tanya Yoongi ketika Nara menyeka mulutnya.
"Hmm," gumam Nara seraya mengangguk. Wanita itu melirik Yoongi dengan ekor matanya. Seperti biasa, Yoongi tidak banyak bicara, namun terlihat bahwa dia peduli dan khawatir. Di satu sisi Nara merasa senang diperhatikan seperti ini, sementara sisi lainnya merasa terbebani karena sebenarnya dia tidak apa-apa. Ini sering dialaminya di pagi hari, harusnya Yoongi tidak perlu sekhawatir itu. Toh kesehatan Yoongi sendiri juga harus dikhawatirkan.
"Eommonim akan berangkat jam berapa?" tanya Nara mengalihkan pembicaraan.
"Hyung bilang, jam tujuh."
Nara melirik jam dinding di kamar mereka, itu masih sepuluh menit lagi, "Masih ada waktu, kalau mau tidur lagi tidak apa-apa."
Yoongi hanya menggeleng menanggapi Nara.
"Semalam tidak tidur ya?" tanya Nara, menempelkan tangannya di pipi Yoongi demi mendapat perhatian penuh lelaki itu.
"Tidur, sampai jam tiga. Setelah itu tidak bisa tidur lagi," ungkap Yoongi jujur. Kegelisahan menghantuinya sejak kemarin dia tahu bahwa pagi ini keluarganya akan datang. Yoongi tidak berani membayangkan apa yang akan dihadapinya saat mereka akhirnya bertatap muka nanti. Membayangkan ayahnya rasanya Yoongi menjadi seorang pengecut, belum lagi jika dia dihadapkan pada wajah kecewa sang ibu.
Tidak ada kalimat penenang yang bisa Nara berikan, pasalnya sebenarnya dia juga tidak tahu hal terburuk apa yang akan terjadi. Tidak ada keyakinan dalam hatinya jika Tuan Min tidak akan memarahi si bungsu. Jadi menurutnya daripada mengucapkan kalimat indah yang membuat Yoongi memiliki harapan palsu, lebih baik dia diam. Wanita itu memilih memeluk Yoongi tanpa kata, merasakan Yoongi membalas pelukannya dan mengecup keningnya. Demi membalas perlakuan Yoongi, Nara berganti mengecup singkat bibir Yoongi yang mendapat respon baik dan balasan dari Yoongi. Pergerakan mereka menjadi lebih intens setelahnya.
"Ayo tidur sebentar," bujuk Nara di sela kegiatannya menguncir rambut panjang Yoongi sebelum kembali membalas ciuman Yoongi. Meski tidak mengiyakan secara lisan, namun lelaki itu terlihat menurut dengan memandu Nara berjalan ke arah ranjang. Air matanya mengalir di sela kegiatan mereka, Nara membiarkannya di awal, membiarkan Yoongi melampiaskan emosi lewat nafsunya selama beberapa detik. Hingga saat dia merasa gerakan Yoongi melambat, wanita itu mengusap air mata Yoongi.
"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja."
*
"Mana Yoongi?" tanya Min Jaehwan begitu mereka bertiga sempurna memasuki rumah dan tidak melihat bungsu keluarga Min ikut menyambut.
"Di kamar Abeonim, sebentar aku akan memanggilkan oppa," pamit Nara.
"Tidak perlu, biar aku kesana," sahut Jaehwan seraya melangkah menjauh.
Min Sohyun saling berpandangan dengan Nara, wanita paruh baya itu tersenyum. "Tidak apa-apa, jangan khawatir."
"Iya eommeonim."
"Keadaanmu bagaimana? Sehat?"
"Hmm, sangat baik."
"Baby juga sehat?" tanya Sohyun lagi sambil mengusap lembut perut Nara.
"Sehat," Nara tersenyum senang, hatinya menghangat karena perlakuan Sohyun.
"Syukurlah."
"Selamat ya, kalian berdua," Geumjae menyahut. "Akhirnya aku akan mendapat keponakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suga's Fics
FanfictionBuku kedua dari Drabbles : Suga Kumpulan cerita fiksi dengan cast Min Yoongi. Terdiri dari drabble, ficlet, oneshot, twoshot, chaptered dari beberapa genre