Twilight (part 2 of 5)

124 12 7
                                    

Jawaban itu hanya terucap di batin Taeri. Nyatanya wanita itu hanya menggeleng. Mulutnya terbuka namun kemudian terkatup lagi. Berpikir sejenak, lalu kembali membuka mulutnya dan berkata cepat, "Siapa bilang kalau semuanya berakhir kau akan mati? Kalau rasa sakitnya berakhir artinya kau sembuh, nanti sehat lagi."

Lagi-lagi hanya senyuman yang Yoongi berikan sebagai balasan ucapan Taeri, "Kau masih tetap kaku ya."

Taeri tersenyum paksa, dia tahu maksud Yoongi. Karena memang Taeri bukan wanita lemah lembut. Dia tipikal yang akan canggung berbicara halus kepada orang-orang, terutama orang dekatnya. Semakin dekat hubungannya semakin Taeri kesulitan menunjukkan perhatian. Yoongi kira di saat seperti ini Taeri bisa lebih halus berbicara padanya namun nyatanya tidak.

Hanya saja, biarpun terkesan menyebalkan bagi orang lain sifat Taeri yang itu justru terlihat lucu bagi Yoongi.

"Kita akan menikah dua bulan lagi, sudah diundur sebulan karena kau dirawat di sini. Jadi cepatlah sembuh, supaya tidak diundur lagi," kali ini intonasi Taeri lebih pelan dan halus. Entah karena teguran Yoongi atau apa. Namun dia tidak berani menatap mata Yoongi, hanya mengusap cincin tunangan yang melingkar di jemari Yoongi.

Yoongi ikut menatap cincin yang melingkar di jarinya, kemudian mengarahkan tatapannya ke jemari Taeri yang juga dihiasi cincin senada. Lelaki itu menatap Taeri yang enggan menatapnya, tersenyum tipis tanpa mengiyakan ucapan Taeri. Dia tidak berani berjanji, pikirnya dia tidak punya kuasa lagi dalam mengendalikan tubuhnya. Apapun bisa terjadi sewaktu-waktu.

Namun kelihatannya menyampaikan kekhawatirannya pada Taeri adalah hal yang percuma kali ini. Padahal Yoongi pikir Taeri bisa berbicara leluasa padanya. Dia tahu wanita itu menyimpan beberapa keresahan, hanya saja terlihat seolah Taeri tidak berani membicarakan itu kepadanya. Bisa jadi, karena Taeri takut hal yang terjadi di masa lalu akan terulang. Taeri takut menyakiti perasaannya lagi jika terang-terangan melakukan protes tentang kondisi fisiknya.

Hanya saja, kali inipun rasa lelah Yoongi sudah mencapai puncaknya. Seolah dia tidak memiliki emosi apapun lagi. Tidak akan merasa sakit hati lagi jika Taeri mengaku lelah. Bahkan seandainya Taeri akan meninggalkannyapun dia rela. Tapi faktanya wanita itu justru mengatakan tentang pernikahan, menegaskan bahwa dia akan tetap berada di samping Yoongi.

Hhh...mendadak semua terasa rumit.

Keduanya enggan menyakiti namun juga tidak ingin melepaskan satu sama lain, meski merasa bahwa menahan yang lain hanya akan menyakiti lain pihak.

Sudahlah, percakapan ini tidak akan menemui akhir yang jelas sepertinya. Tapi tidak apalah, dia sudah terlanjur menahan diri untuk tetap terjaga jadi lebih baik dimanfaatkan saja. Dicoba sekali lagi tidak ada salahnya.

"Kau marah karena pernikahan kita diundur?" Yoongi kembali memulai.

Di hadapannya, Taeri kembali mempersiapkan diri, sepertinya Yoongi berencana melakukan semua percakapan mendalam hari ini.

"Tidak, lagipula rencananya konsep pernikahan kita adalah private party kan? Jadi tidak ada yang menyusahkan tentang segala persiapan...kecuali mengatur jadwal pendeta."

"EO, catering dan lainnya juga perlu dipikirkan. Kalau aku tidak bisa keluar dari sini tepat waktu, mungkin kita akan menyulitkan mereka."

"Kau lupa kalau bos EOnya kau sendiri," Taeri memasang wajah datar, "Lainnya tidak usah dipikirkan."

Yoongi terkekeh dengan respon Taeri, "Tapi tetap saja kalau aku tidak bisa keluar dari sini..."

"Jangan dipikirkan, sembuh saja dulu. Menikah kapanpun bukan masalah bagiku."

Berhenti sejenak, Yoongi hanya bisa menghela nafas dalam mendengar ucapan Taeri yang seolah tidak bisa diganggu gugat. Dia sudah mulai lelah sebenarnya, tapi masih berkeras untuk memperjelas maksudnya saat ini juga.

Suga's FicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang