"Fuck!" kata makian itu terdengar nyaring menyapa rungu semua member yang ada di ruangan.
Jimin dan Taehyung saling melirik, sementara Namjoon hanya memandang lelah ke arah Yoongi yang baru saja mengumpat. Sudah lama mereka tidak mendengar si tertua kedua itu melontarkan kalimat makian, perangai Yoongi menjadi lebih lembut beberapa tahun belakangan namun sepertinya kali ini pria itu merasa benar-benar marah. Seokjin hanya diam tanpa menanggapi lebih lanjut, jika dia berucap lagi bisa-bisa standar amarahnya berada di atas Yoongi -- mengingat Seokjin tengah berada dalam mode serius kali ini. Jadi dia lebih memilih diam dan menetralkan emosinya sendiri.
"Argh siaaaalllll!!!! Aku bekerja bukan untuk menjadi komoditas ekspor!" Yoongi melempar salah satu gelas minum yang ada di atas meja, membuat cairan di dalamnya mengotori lantai.
Hoseok bertindak cepat meraih tubuh Yoongi dan membimbingnya duduk, mengusap punggung kakaknya itu beberapa kali agar lebih tenang. Dia sempat melirik ke arah Namjoon namun tidak berharap banyak karena Namjoon sepertinya sudah kehabisan tenaga. Lelaki itu sudah menyerah menyampaikan berbagai permintaan dan penawaran. Dan kini sepertinya dia bahkan sudah lelah berkomentar. Matanya terlihat sayu dan memilih untuk membiarkan Yoongi meluapkan amarahnya.
Jungkook menunduk tanpa berani bicara. Berbeda dengan Namjoon yang masih ingat bagaimana perangai Yoongi di masa muda dan sedikit terbiasa dengan itu, Jungkook justru kebalikannya. Si bungsu itu jelas jarang sekali melihat Yoongi menaikkan volume bicara -- saking jarangnya bahkan itu tidak pasti terjadi dalam tiga tahun sekali dalam ingatan Jungkook. Karenanya, Hoseok mengambil kesimpulan bahwa lelaki itu sedikit tidak nyaman sekarang. Meski bertahun-tahun berlalu, Hoseok tahu kalau amarah Yoongi adalah salah satu yang bungsu itu takuti. Jangankan marah dengan teriakan seperti ini, mendengar nada rendah dan serius Yoongi saja Jungkook sudah tidak nyaman. Setelah mengedarkan pandangan, pria itu kembali fokus menatap Yoongi. Alih-alih mengucapkan kalimat menenangkan yang takutnya justru membuat Yoongi salah kaprah, dia memilih tetap mengusap punggung Yoongi tanpa bersuara.
"Sial!" sekali lagi Yoongi bergumam, kali ini diiringi helaan nafas dan usapan kasar pada wajah dan rambutnya.
"Aku lelah," Namjoon ikut bergumam. "Sudah tidak bisa lagi berpikir."
"Aku akan tetap pergi," Seokjin akhirnya ikut menyahut setelah berhasil menenangkan diri. "Lagipula sudah diumumkan, minimal mereka akan berpikir ulang jika mau melarang."
Perhatian kembali tertuju pada Seokjin, Jimin menjadi salah satu yang mengangguk menanggapi perkataan member tertua itu.
"Apapun yang mereka katakan, aku tidak akan goyah. Kalian tahu itu. Aku akan tetap pergi ke militer."
"Tapi kau tetap tidak bisa menghindar dengan aturan baru yang mereka berikan," ujar Namjoon, mengingatkan hal yang sebelumnya mereka bahas.
"Aku tahu. Kalau begitu kujalani saja. Tidak ada gunanya menghindar, kalau mereka memintaku tampil ya sudah. Kuanggap itu penampilan khusus militer seperti yang dilakukan para senior, bukan untuk umum seperti yang direncanakan untuk kita," Seokjin mengedarkan pandangannya dan menjatuhkannya ke arah Yoongi yang masih tertunduk, "Yoongi-ya?"
Mendengar namanya dipanggil, Yoongi mendongak menatap satu-satunya sosok yang lebih tua darinya.
"Kau tahu kita memang alat politik saat ini, walau kau baru sekarang mengatakannya terang-terangan di depan yang lain. Jalani saja, selama kau berontak itu akan semakin menyusahkanmu," tutur Seokjin.
Bagaimanapun, Seokjin entah dengan sifat cerianya di depan kamera atau sikap pendiamnya di belakang kamera tetaplah seorang Kim Seokjin. Dia bisa menjalani segala hal tanpa banyak protes. Meski sanggup bertingkah keras kepala dan melakukan apa yang dia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suga's Fics
FanfictionBuku kedua dari Drabbles : Suga Kumpulan cerita fiksi dengan cast Min Yoongi. Terdiri dari drabble, ficlet, oneshot, twoshot, chaptered dari beberapa genre