Still Alive {(part 5 of ?)(as BTS's member)}

87 13 14
                                    

"Benar tidak apa kutinggal sendirian?" Nara memastikan sekali lagi.

Yoongi hanya menjawab pertanyaan Nara dengan gumaman. Sembari mengusap lembut bulu-bulu Molly -- salah satu dari kucing hitam yang diadopsinya beberapa bulan lalu.

"Baiklah, tenangkan dirimu. Jangan berpikir macam-macam."

Rasanya Yoongi menjadi orang yang tidak tahu diri sekali. Di saat seperti ini bukannya mengambil tindakan atas apa yang terjadi padanya justru orang lain yang sibuk, termasuk Nara. Selain karena dia harus bekerja hari ini juga pasti karena dia perlu mencari informasi tentang perkembangan kasusnya. Ada satu sisi dalam diri Yoongi yang membuatnya ingin menyelesaikan ini dengan segera. Entah dengan berbicara secara terang-terangan di depan publik, mengajukan gugatan atas hal-hal buruk yang pernah dilakukan Hyojung atau pergi ke tempat Hyojung dan melakukan sesuatu untuk membuat wanita itu jera. Mungkin jika tidak berkepala dingin dan tidak peduli pada kelangsungan karir member lain dan juga agensinya, Yoongi benar-benar akan melakukan salah satu dari isi pikirannya. Namun satu sisi dirinya justru merasa terlalu lelah dan tidak ingin terlibat bahkan dalam masalahnya sendiri, seperti yang sudah-sudah. Dia menilai dengan hanya diam dan tidak mencoba terus membantah maka urusan tidak akan bertambah runyam. Walaupun sekali lagi dia bertingkah seperti seorang pengecut yang menghindar dari masalah.

"Oh iya, Yijeong bilang dia akan kesini," kalimat Nara menghentikan lamunan Yoongi.

"Yijeong?"

"Hmm, sepertinya mengkhawatirkanmu."

"Lalu...abeoji dan eomma jadi kemari?"

"Belum ada kabar lagi. Tapi Geumjae oppa bilang, abeonim sedikit emosi. Jadi lebih baik mereka menundanya dulu."

Yoongi mengangguk, menurutnya memang lebih baik keluarganya tidak kemari terlebih dahulu. Jujur saja, dia tidak ingin berinteraksi dengan banyak orang sekarang. Terlebih orang-orang yang akan membuatnya menceritakan apa yang terjadi. Hanya dengan membayangkannya saja Yoongi sudah merasa lelah.

"Aku berangkat," pamit Nara seraya mengecup bibir Yoongi sekilas.

"Ya, hati-hati."

*

"Sibuk sekali di agensi," ujar Yijeong memulai laporannya pada Yoongi.

"Kentara sekali ya?" Yoongi bertanya.

"Cukup terlihat. Kau sendiri, benar baik-baik saja?"

"Hmm."

Keduanya terdiam, Yijeong tidak tahu harus membahas apalagi. Dia pikir, membicarakan kasus ini akan membuat Yoongi tidak nyaman. Lagipula kedatangannya kemari juga hanya karena ingin mengecek kondisi teman baiknya itu. Jujur saja kemarin saat berita itu naik dia tidak ada di perusahaan, terlebih sejak semalam usahanya untuk menghubungi dan mengirim pesan pada Yoongi juga tidak membuahkan hasil. Jadi memang baru kali ini dia bisa berkomunikasi dengan Yoongi, itupun sebelumnya dia mencari informasi kepada Nara.

Sementara Yoongi sendiri seolah tidak memiliki keinginan untuk berbicara. Sejak kemarin dia rasanya ingin menghilang saja. Jangankan berbicara, bertemu dengan orang saja dia malas -- kecuali orang-orang tertentu. Padahal sekali lagi, seharusnya dia lebih terlibat dalam penyelesaian kasus ini.

"Apa ada yang berkomentar?" Yoongi membasahi bibir dan menelan ludah. Sebenarnya, dia takut pada jawaban dari pertanyaannya sendiri.

"Beberapa memilih diam...mungkin, kami hanya membicarakan tentang kemungkinan baik atau buruk ke depannya."

Yoongi tersenyum masam, "Kemungkinan buruknya lebih besar. Seandainya dulu agensi tidak menyediakan wanita-wanita itu atau aku tidak memakai jasa mereka, mungkin ini tidak akan terjadi," gumamnya pelan.

Suga's FicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang