Cuaca Daegu hari ini cukup suram. Beberapa waktu belakangan, menjelang siang memang mendung akan mulai menaungi wilayah. Yoongi tengah berada di rumah keluarganya di Daegu, dia mengambil cuti beberapa hari setelah terapi pertama dan agensi menyetujui. Keluarganya berada di dalam rumah, dengan keluarga Nara juga yang hari ini tengah berkumpul. Rencananya mereka akan melakukan makan malam bersama, perayaan untuk kabar bahagia kehamilan Nara yang belum sempat mereka lakukan.
Sementara Yoongi tengah berada di kebun kecil belakang rumah, bersama Minhyuk yang datang beberapa menit lalu.
"Aku sudah membereskan yang di sini, tinggal kau meminta orang-orangmu membereskan yang di sana," ujar Minhyuk pelan, sesekali melirik ke arah dapur -- tempat Nara, Nyonya Min dan Nyonya Shin di sana -- memastikan keadaan aman.
Yoongi tidak menyahut, dia bahkan tidak melihat ke arah Minhyuk yang sesekali meliriknya sedari tadi. Salah satu rencananya sudah berjalan namun dia masih merasa ragu entah kenapa. Mungkin kegelisahannya yang tidak mampu menilai caranya ini benar atau salah yang membuatnya masih ragu. Karena kegelisahan yang dirasakannya memang sudah mengakar, menciptakan serabut-serabut pikiran lain yang berisi kekhawatiran Yoongi tentang berbagai macam hal yang mungkin akan menjadi akibat dari setiap langkah yang diambil.
"Apa aku sudah benar?" tanyanya yang lebih menyerupai gumaman untuk diri sendiri.
"Benar atau tidak, aku sudah melakukan bagianku. Aku juga tidak tahu tindakanku membantumu benar atau salah," Minhyuk menyandarkan punggungnya ke kursi, mencoba bersikap lebih santai, "Aku hanya menuruti permintaanmu."
"Iya, terima kasih sudah melakukannya. Aku tidak memiliki banyak orang kepercayaan," ucap Yoongi seraya tersenyum tipis.
"Kalau kau lupa, bertahun belakangan kau sudah tidak mempercayaiku," Minhyuk mencibir.
"Maaf."
"Menurutmu apa aku pantas marah karena temanku yang sangat populer mendadak mengingatku karena butuh bantuan?"
"Kalau menurutmu...apa aku tidak pantas kecewa karena teman terbaikku terlibat dalam hal buruk?"
Minhyuk terkekeh, "Tapi akhirnya hal buruk itu yang membuatku bisa membantumu."
"Artinya aku masih berhutang padamu."
"Impas."
Yoongi menoleh, seolah bertanya tentang kejelasan perhitungan hutang budi mereka berdua.
"Kemarahanmu waktu itu membuatku bertekad bebas dari narkoba. Aku memang pengedar, tapi aku tidak lagi memakainya," Minhyuk tersenyum miring.
Seperti cerminan, Yoongi juga memberikan senyum yang sama. Ini fakta yang baru dia ketahui, selama ini dia tahu Minhyuk menjadi pengedar dan dia mengira lelaki itu juga masih menjadi pemakai. Namun nyatanya tidak.
"Lalu siapa yang akan mencoba barang?"
"Ada, orang kepercayaanku."
Yoongi mengangguk paham, "Jadi, apa yang tadi kau lakukan?"
"Tiga hari lalu," koreksi Minhyuk. "Meminta agar pengedar yang menjual pada Hyojung menghentikan penjualan padanya atau aku akan melakukan hal buruk pada wanita itu jika dia terus mengganggumu."
"Semudah itu?"
"Tidak, tapi posisiku lebih tinggi darinya di sana, jadi itu sedikit membantu."
"Kalian dari organisasi yang sama?"
Minhyuk menggeleng, "Itu sebabnya aku membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan urusan ini, sempat ada keributan juga. Intinya, aku sudah mencari gara-gara dengan organisasi lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suga's Fics
FanfictionBuku kedua dari Drabbles : Suga Kumpulan cerita fiksi dengan cast Min Yoongi. Terdiri dari drabble, ficlet, oneshot, twoshot, chaptered dari beberapa genre