Still Alive {(part 10 of ?)(as BTS's member)}

87 11 15
                                    

Warning! 90% dialog
(Kebalikannya part kemaren 😅)

_________________________________________________

Yoongi menatap datar teh yang tersaji di depannya dan kemudian menatap Nara, dia melakukan itu sebanyak dua kali dan berhasil membuat Nara tergelak.

"Aku lupa kalau kau harus menghindari alkohol dulu, begitu kan kata dokter," Nara mengakui kesalahannya.

Begitu Nara memakai alasan kesehatan, yang Yoongi lakukan hanya menghela nafas. Memilih untuk mengambil potongan apel yang Nara siapkan.

Keduanya berada di balkon saat ini, bermaksud untuk berbincang namun yang ada justru sibuk dengan kegiatan dan pikiran masing2. Di bawah sana di kejauhan, Sungai Han seolah menjadi lebih menarik diperhatikan dibanding wajah satu sama lain. Masih pukul delapan malam, tapi rasanya sunyi sekali di sini.

"Kenapa aku?"

Nara reflek menoleh begitu kalimat dengan nada rendah itu mencapai rungunya. Di sebelahnya, Yoongi masih menatap ke depan, meski bilah bibirnya baru saja memulai percakapan.

"Sejak aku kecil, di antara keluarga kami, aku adalah satu-satunya yang tidak dikenal banyak orang. Sampai-sampai orang terus bertanya apa benar aku putra kedua Min Jongsuk dan Min Yuri. Hobi dan ketertarikanku di bidang musik direndahkan keluarga kami. Sementara Geumjae hyung dipuji karena dia pandai memasak dan terlihat dapat diandalkan sebagai kandidat utama penerus bisnis restoran keluarga.

"Di sekolah, meski aku tidak pernah bertingkah kelewatan tapi aku dijadikan sasaran bullying. Lalu ketika aku remaja dan menjadi anggota penegak kedisiplinan, aku justru dibenci karena aku melakukan tugasku dengan cukup baik. Aku memang tidak lagi dibully seperti saat aku kecil. Tapi aku dibully dengan cara lain. Aku tahu, di depan atau di belakangku banyak sekali siswa yang membenciku.

"Kemudian saat memulai karir, kupikir aku akan memulai dunia baru yang lebih menyenangkan. Tapi nyatanya aku dibohongi sejak awal. Aku tidak ada niatan menjadi member grup idola. Yang satu ini...dulu membuatku stress. Aku tidak bisa menari, aku tidak suka tampil di depan orang banyak, tidak bisa..."

Nara beringsut mendekat, mengusap punggung Yoongi pelan ketika sadar lelaki itu mulai terbawa emosi.

"Aku kesal sekali, aku ingat aku marah. Tapi aku tidak menemukan solusi lain selain menurut. Aku pengecut. Rasanya aku tidak pantas disebut lelaki karena aku takut jika aku melawan dan keluar dari sana aku akan kesulitan menemukan tempat tinggal, pekerjaan dan uang untuk bertahan hidup. Sementara aku tidak bisa begitu saja pulang dan kembali ke rumah setelah aku menentang Abeoji. Aku tidak mau kembali dan memberi alasan keluarga besarku semakin menghinaku karena terbukti gagal sejak awal.

"Aku membujuk diriku agar menerima itu dulu. Aku mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa aku bisa melakukannya. Tapi itu sulit. Aku gelisah saat aku harus tampil di depan banyak orang, rasanya aku ingin kabur atau mati saja daripada harus melakukannya. Tapi Minhyuk bilang, aku tetap harus melakukannya. Bahkan dia mengatakan aku harus terlihat dingin dan memasang wajah...angkuh atau apalah agar tidak ada yang merendahkanku dan aku tidak merasa gugup. Kupikir, aku menurutinya kala itu," Yoongi terkekeh, meneguk tehnya yang sudah mulai dingin. Sempat mencecap rasanya seolah ingin menyela curahan hatinya sejenak.

"Ini mint?" tanya Yoongi.

"Iya, chamomile dan mint," Nara menjawab.

"Enak," gumam Yoongi, meminum tehnya lagi sebelum melanjutkan. "Tapi mungkin dari sana, rumor tentang aku galak, angkuh, dingin, pemalas dan memiliki sikap negatif lainnya mulai muncul. Sekeras apapun aku bekerja, hingga saat ini orang-orang tetap menilaiku pemalas."

Suga's FicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang