Still Alive {(pt 18 of 18-end) (as BTS's member)}

83 9 13
                                    

This is the last time
Closing scene to your story
Thank you for your time
Cheers to a new opening
I'll miss you endlessly
Hope we meet again someday
Smiling like before
Time will heal us

Semilir angin lembut terasa menyejukkan bagi Nara yang kini berdiri di depan makam Yoongi.

Terkadang dia masih merasa tidak percaya bahwa suaminya itu telah tiada. Namun gundukan tanah di hadapannya seolah menjadi satu yang menegaskan bahwa Yoongi memang sudah pergi ke dunia yang berbeda.

'Yoongi-ya, maafkan aku karena aku tekadku goyah dan tidak menjalankan rencana yang sebelumnya sempat kuniatkan. Semoga apa yang sudah kuputuskan itu benar,' ujar Nara dalam hati.

Wanita itu meringis sejenak ketika dia merasakan tendangan di perutnya. Dia mengusap perutnya lembut, tersenyum menyadari anaknya yang seolah ingin ikut berinteraksi dengan sang ayah.

'Yoongi-ya, dua bulan lagi anak ini akan lahir. Sayang sekali kau tidak bisa melihatnya saat itu. Aku akan membawanya kemari ketika dia sudah cukup mampu diajak keluar ruangan. Kata dokter, ini anak laki-laki dan dia sehat. Setidaknya selama ini kondisinya sangat baik.'

Angin kembali berhembus, seperti menjelma sebagai jawaban Yoongi atas kalimat-kalimat yang Nara ucapkan dalam hati. Dia menatap langit yang terlihat cerah. Mengingat salah satu rencana yang pernah dibuatnya bersama Yoongi buat di masa lalu : mengunjungi beberapa tempat di Daegu yang mengingatkan akan masa kecil mereka. Nyatanya rencana itu tidak akan pernah terlaksana.

Nara menoleh ke arah samping, dimana Hani berada dan tengah sibuk terisak.

Wanita itu memang sengaja mengajak Hani ke makam Yoongi. Sebuah penebusan dari rasa bersalahnya yang telah merepotkan Hani juga sebuah hadiah dengan mengizinkan Hani mengunjungi makam seseorang yang dia kagumi semasa hidup.

"Eon...ni, aku...kadang masih merasa...ini mimpi," ujar Hani terbata di sela isakannya, "Tapi bukan."

Nara kembali mengalihkan pandang kepada makam Yoongi. Sejujurnya bukan cuma Hani yang berpendapat demikian. Nara dan beberapa orang lainnya juga kadang merasa, menganggap atau berharap ini adalah sebuah mimpi. Mereka ingin Yoongi tetap hidup dan bisa mereka lihat secara fisik. Sayangnya itu hanya keinginan yang tak akan terwujud.

Keduanya tetap terdiam selama beberapa waktu hingga isakan Hani mereda.

"Maaf aku sudah banyak merepotkanmu Hani-ssi," ujar Nara sebelum menghadap pada Hani dan menunduk singkat. "Aku mengajakmu melakukan hal-hal yang bukan tanggung jawabmu namun setelahnya justru membatalkan semuanya. Aku pasti membuatmu bingung."

"Awalnya...aku ikut merasa bersalah karena kasus Yoongi membuat banyak pihak kerepotan dan nyaris menghancurkan karir banyak orang. Tapi kemudian saat aku melihatnya sebagai yang paling hancur aku jadi marah dan ingin semua yang terlibat juga merasakan hal yang sama. Aku sadar aku jahat, aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Tapi rasanya aku tetap tidak rela orang menganggap Yoongi sehina itu. Bahkan saat dia meninggal karena sakit mereka bilang dia bunuh diri karena stress, sebagian bahkan menuduhnya meninggal karena overdosis.

"Lagi-lagi aku tidak terima dan merencanakan hal itu didasari emosiku. Aku ingin membersihkan namanya. Walaupun seiring waktu perbincangan tentang kasus ini memudar tapi namanya sudah dianggap buruk di masyarakat."

Hani mengusap pundak Nara ketika melihat mata wanita itu mulai berkaca-kaca. Dia tidak sepenuhnya mengerti perasaan Nara. Jujur saja gadis itu juga kebingungan karena pemikiran Nara yang berubah-ubah. Dan jujur saja, dia sangat mendukung rencana yang Nara buat. Tapi sepertinya pemikiran Nara lebih rumit daripada itu. Nara tidak hanya memikirkan Yoongi dan perjuangan untuk membersihkan nama Yoongi. Nara berpikir panjang dan jauh ke depan, juga memikirkan nasib orang-orang yang mungkin akan terdampak jika sekali lagi dia menaikkan kasus ini.

Suga's FicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang