03

852 80 5
                                    

Happy Reading!
—————————————————————

Wonyoung duduk di hadapan Hyuka dan juga Yuna. Disebelahnya, terdapat Heeseung dan juga Sunghoon. Seperti biasa, di jam-jam malam ini mereka habiskan untuk pergi ke tempat les. Setelahnya mereka akan pergi ke cafe untuk berdiskusi, tidak lebih tepatnya bermain. Hanya Wonyoung yang fokus untuk kembali memahami pelajaran yang di dapatnya dari sekolah maupun tempat les.

"Wony, dimakan dong aku udah pesenin jangan di anggurin" Lembut Sunghoon menyuapkan cheesecake yang di pesannya khusus untuk Wonyoung. Tidak ada jawaban dari gadis cantik itu. Wonyoung hanya membuka mulutnya sebagai respon dan tanda dia menerima suapan dari Sunghoon.

"Kalian ada hubungan ya?!" Tanya Yuna heboh melihat perlakuan manis Sunghoon barusan.

"Gaada kok, lo paham ini ga?" Tanya Wonyoung sambil mengelap ujung bibirnya.

"Kan lo murid paling pinter! Kalau lo ga paham apalagi gue?" Wonyoung menghela nafasnya, lalu kembali fokus pada materi dihadapannya.

"Udahlah Won, serius amat belajarnya. Lo ga belajar aja udah pinter kok" Hyuka yang sedari tadi diam membuka suara melihat wajah Wonyoung yang terlihat putus asa.

"Gabisa gitu! Nilai gue harus tambah bagus! Gaboleh turun sedikitpun!"

Brak!

"Stop siksa diri lo deh Won! Nilai lo udah bagus! Lo ga perlu tingkatin atau berbuat lebih. Cukup pertahanin nilai lo itu!" Bentak Heeseung dengan wajah kesal menatap Wonyoung yang menundukkan kepala takut.

"Gue lakuin ini demi lo juga"

"Mau demi gue demi appa ataupun eomma, stop paksa diri lo sendiri, manusia itu juga punya batasan" Wonyoung menundukkan kepalanya.

Sisi Heeseung yang seperti ini sungguh membuatnya mati kutu. Menyeramkan, dan semua kharisma Heeseung lepas begitu saja. Untung saja cafe tidak terlalu ramai. Walaupun beberapa gadis berbisik dari sudut cafe ini. Heeseung tidak mempedulikannya.

"Maafin gue, gue cuma berusaha"

"Gaada gunanya lo berusaha! Gaakan ada yang lihat!" Wonyoung meneteskan air matanya.

Benar perkataan Heeseung. Sekuat apapun dia berusaha, orang tuanya tidak akan pernah melontarkan kata pujian. Bahkan bagi nilai Wonyoung yang nyaris sempurna pun turut menjadi bahan untuk memarahinya. Bahkan nilainya yang sempurna tidak pernah mendapatkan apresiasi sedikitpun. Wonyoung tidak sakit hati dengan kata-kata Heeseung. Hanya saja hatinya sakit mengingat semua fakta yang di katakan kembarannya itu ada benarnya.

"Lagian lo udah rasain sendiri! Lo sakit, apa kedua orang tua kita peduli?"

"Oppa stop"

"Lo berusaha keras, lo belajar tekun, lo dapet nilai tertinggi, apa mereka peduli? Yang bisa peduliin diri lo sekarang cuma lo sendiri" Wonyoung menggigit bibir bagian bawahnya, mencoba untuk menahan tangisan sekuat mungkin.

"Lo jangan kasar sama adik lo dong Hee" Dengan penuh kasih sayang Sunghoon menarik Wonyoung kedalam pelukannya, dan mengusap punggung gadis di dekapannya dengan lembut.

"Kita kembar Won, tapi sedikitpun gue ga bisa ngertiin jalan fikiran lo"

"Oppa?"

"Lo tenang aja, gue bakal selalu ada dan jagain lo kok walaupun begitu. Sekarang lo udah ada Sunghoon juga. Lupain semua yang appa bilang" Wonyoung menghapus air matanya, menatap Heeseung di depannya.

"Oppa bisa ga buat eomma sama appa tenang? Sekali aja tolong ikuti kata mereka. Bagaimanapun mereka udah besarin kita"

"Hah, kalian denger sendiri kan? Wony susah di bilangin"

toxic loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang