12

345 43 1
                                    

Wonyoung terlihat sedang asik menikmati film bersama dengan Jungwon. Selesai menonton film, terdapat banyak notifikasi yang keluar dari ponselnya.

081-xxx-xxx-xxx
Selamat bebas dari penyiksaan|16.32
Sekarang lo harus tau, lo cuma
milik gue, gaboleh sama yang
lain|16.32

Hee.
WONYOUNG!|17.31
LO DIMANA?!|17.32
APPA DROP WONY!|17.32
maafin oppa, appa gabisa
diselamatkan|18.00

Hoonie~
Wony, appa kamu—|17.56

081-xxx-xxx-xxx
Sekarang lo tau kan?|18.34
Jangan pernah main-main
sama gue!!|18.34
Lo punya gue, cuma punya gue|18.34

Tangan Wonyoung bergetar hebat, tubuhnya melemaskan. Ponsel di tangannya terjatuh ke tanah. Tanpa berpamitan pada Jungwon, Wonyoung segera berlari meninggalkannya. Bahkan ponselnya di tinggal begitu saja.

3 jam yang lalu...

Wonyoung berjalan mengelilingi mall bersama dengan Jungwon. Membeli makanan sebelum film yang ingin mereka tonton tayang. Di sisi lain, seseorang dengan pakaian serba hitamnya dengan topi yang menghiasi kepalanya, sehingga wajahnya tidak dapat terlihat. Laki-laki tersebut memasuki ruangan inap Dongwook. Dengan tidak manusiawinya dia menyuntikkan sebuah obat yang dibawanya tadi. Setelahnya senyuman miring terlukis diwajahnya, sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan ayah kembar sendirian dalam ruangan.

 
Tepat 1 jam setelah laki-laki tersebut menyuntikkan obat, kondisi Dongwook memburuk. Tubuhnya mendadak kejang-kejang, Heeseung yang baru kembali dari kantin rumah sakit langsung berteriak panik memanggil dokter. Dokter berusaha menetralisir racun yang ada di tubuh Dongwook, namun semua sia-sia. Racun sudah menyebar ke seluruh tubuhnya, hingga tepat pada pukul 20.34, tepatnya 2 jam setelah laki-laki tersebut menyuntikkan sesuatu pada infusnya. Dongwook menghembuskan nafas terakhirnya, dengan kata lain, dokter gagal menangani kondisinya saat itu.

 
Heeseung sudah mencoba menghubungi Wonyoung, namun tidak juga di angkat. Mungkin ponselnya dimatikan karena sedang berada di dalam bioskop?
Satu jam berlalu, akhirnya Wonyoung datang kerumah sakit. Memandang nanar ke arah jasad yang ayah. Lalu memeluknya dengan mata yang sembab usai menangis sepanjang jalan.

 
"Ap-appa!" Dengan tangan gemetar, Wonyoung memegang wajah pucat ayahnya.

 
"Appa, jangan bercanda..." Dengan tangan bergetar Wonyoung memeluk jasad Sang Ayah dan menangis histeris.

 
"Wony, sayang kamu harus ikhlas" Sunghoon mendekat, memeluk tubuh kekasihnya erat.

 
"Sunghoon, appa..."


"Iya sayang, i know ini berat, kamu harus kuat, masih ada aku di sisi kamu" Wonyoung mengalihkan pandangannya pada Sunghoon, dan Heeseung secara bergantian. Air mata terus jatuh membasahi wajah cantiknya.

 
"Kamu harus jauhi aku! Kalian ga boleh ada di sekitar ku! Appa, eomma, Haruto. Mereka meninggal karena aku!" Teriak Wonyoung frustasi.

 
"Sayang, apa maksud kamu?"


"Dia, dia bunuh mereka semua, oppa! Ini udah gila! Gue ga tahan lagi. Gimana semua bisa selesai? Gue, gue cape!" Wonyoung berhenti untuk sejenak. Memandang ke depan dengan tatapan kosong setelahnya tersenyum seperti orang gila.

 
"Gue bisa gila! Kenapa dia selalu ngusik hidup gue?! Apa salah gue?! Kapan dia berhenti?! Cukup, cukup gue kehilangan orang yang gue sayang. Jangan lagi" Heeseung mati-matian menahan tangisannya, namun semua sia-sia. Hatinya terlalu lemah melihat Wonyoung tidak berdaya seperti ini. Hatinya terlalu rapuh mengetahui adik yang sangat di sayanginya hancur berkeping-keping tepat di depan matanya.

toxic loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang