07

471 58 5
                                    

Happy Reading!
—————————————————————

Wonyoung membuka matanya. Ruangan serba putih langsung menyambut penglihatannya. Tangannya bergerak memegangi kepalanya yang sakit dan berusaha untuk duduk dari posisi tidurnya.

"Sayang?" Dengan sedikit samar Wonyoung melihat laki-laki di sebelahnya. Ternyata itu adalah Sunghoon yang menemaninya.

"Dimana oppa?"

"Heeseung baru ngurus pemakaman eomma kalian sama Hyuka. Dia minta aku jagain kamu disini" Jelas Sunghoon selembut mungkin.

"Ah, eomma, sayang, aku mau dateng ke pemakaman eomma" Rengek Wonyoung. Sunghoon menghembuskan nafasnya, menuntun kekasihnya untuk segera berganti pakaian menggunakan pakaian serba hitam.

"Mereka di kremasi deket sini kok. Aku bisa anterin kamu" Wonyoung tersenyum simpul. Setelah selesai dengan urusan bajunya, Sunghoon langsung menuntun Wonyoung untuk datang ke pemakaman ibu kesayangannya. Untuk beberapa saat Wonyoung terperanjat. Terlihat Hyuka yang tersenyum miring tepat di hadapan makan guci ibunya. Ya, polisi baru menemukan jasad Sang ibu. Bagaimana dengan Lee Dong Wook? Keberadaannya saat ini masih di pertanyakan oleh beberapa kru penyelamat. Jika saja dalam hitungan minggu polisi tidak dapat menemukan jasad ayah mereka, maka Lee Dong Wook akan di nyatakan tiada dan tubuhnya di makan habis oleh hewan buas.

"Lo?!" Wonyoung segera berlari ke arah Hyuka. Menarik kerah baju laki-laki berdarah Korea—Amerika tersebut dengan kasar.

"Apaan sih lo?" Lanjutnya terus menggoyangkan tubuh tinggi Hyuka.

"Wony, tenang dek"

"Oppa, dia yang bunuh orang tua kita..." Lirih Wonyoung dengan air mata yang bercucuran.

"Gue gaada hubungannya, Wony. Orang tua lo meninggal dalam kecelakaan pesawat dari Jeju ke Seoul. Gimana bisa gue nyelakain mereka sedangkan gue ada di Seoul?" Untuk beberapa saat wajah Wonyoung berubah. Menatap ke arah Hyuka yang menunjukkan raut khawatirnya.

"Gue ga salah apapun" Wonyoung semakin di buat bingung dengan semua ini. Benar jika Hyuka berada di Seoul. Paling tidak membutuhkan waktu 1 jam lebih 10 menit dari Seoul ke Jeju. Itupun jika cuaca mendukung. Namun masih ada kemungkinan bukan? Hyuka dalang dari semua ini. Karena penguntit Wonyoung pastilah orang cerdas yang bisa membuat sebuah alat penyadapnya sendiri. Atau mungkin seseorang yang memiliki jabatan tinggi? Wonyoung kembali menatap nisan ibunya. Kenangan demi kenangan tercetak apik di fikiran nya. Walaupun hanya kenangan pahit, Wonyoung menganggapnya sebagai bukti sayang kedua orang tuanya.

Flashback on

"Eomma sudah bilang kan! Appa kamu itu nekat, seharusnya sedari awal kamu dengerin eomma! Sekarang lihat anak ga bersalah itu udah terbaring ga bernyawa!" Teriak Sang Ibu tepat di hadapan Wonyoung.

"Terus Wony harus apa? Wony juga manusia! Punya hati! Kenapa kalian ga nyiptain robot aja kalau cuma jadiin kita pelampiasan ambisi!"

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Wonyoung. Tatapan Wonyoung menjadi lebih bengis dari sebelumnya ketika menatap manik ibunya.

"Sayang, dengerin eomma, eomma lakukan semua ini karena sayang sama kamu" Dengan lembut ibu kembar memeluk tubuh Wonyoung, mengelus punggung putrinya dengan sayang.

"Appa mu sangat kejam. Kau harus patuh padanya"

Flashback off

Air mata kembali jatuh membasahi pipi Wonyoung ketika memikirkan tentang ibunya itu. Langitpun mendukung kesedihan Wonyoung. Awan hitam terkumpul di atasnya, buliran air hujan mulai turun membasahi bumi turut membawakan duka yang dirasakannya. Suasana semakin sepi, hanya tersisa kembar dan juga Sunghoon yang setia menemani kekasihnya. Bagaimana dengan Hyuka? Laki-laki itu ikut meninggalkan pemakaman bersamaan dengan yang lainnya. Kembali ponsel Wonyoung berdering, menandakan beberapa pesan masuk ke dalam ponselnya.

toxic loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang