Senyuman terlihat jelas di wajah Wonyoung. Wajah cerianya adalah pemandangan terindah bagi ketiga laki-laki di depannya.
"Hoonie! Ayo kita pergi ke mall dan bermain di Timezone" Rengek Wonyoung pada Sunghoon yang sibuk memakan Bungeoppang yang dibelinya.
"Timezone? Bukankah kita sudah karaoke tadi? Belum cukup ya?" Tanya Sunghoon dan kembali memakan Bungeoppang miliknya.
"Hoonie ih! Yaudah kalau gamau!" Dengan sadisnya Wonyoung merenggut Bungeoppang milik Sunghoon dan membuangnya begitu saja. Jungwon dan Hyuka yang melihatnya hanya bisa menahan tawanya, sedangkan wajah Sunghoon sudah memerah menahan amarah.
"Kita pergi bertiga aja! Sunghoon gamau ikut kayaknya" Dengan wajah di tekuk Wonyoung menggandeng kedua tangan laki-laki di sampingnya dan kemudian menariknya menjauh dari Sunghoon.
"Eh sayang, akunya ditinggal nih? Nanti kalau di ambil orang gimana?"
"Ga peduli!" Dengan wajah di tekuk Sunghoon berlari menghampiri Wonyoung, menggenggam tangan kekasihnya erat seakan enggan melepaskannya.
"Kamu ga boleh nakal ya!"
🍁🍁🍁
Di malam yang sunyi Jungwon berjalan menyusuri gang sepi sendirian. Mereka terlalu asik bermain hingga senja. Berhubung mereka berada di mall dan belum makan, mereka memutuskan untuk pergi ke foodcourt dan memesan makanan untuk makan malam disana. Mereka berpisah dengan Sunghoon yang pergi bersama Wonyoung, Jungwon dan Hyuka pun sudah berpisah. Di tengah gelapnya suasana gang, Jungwon masih dapat melihat siluet seseorang yang datang menghampirinya, hingga orang tersebut berhenti tepat di depan lampu dan tepat berhadapan dengan Jungwon.
"Lo?!" Laki-laki dengan pakaian serba hitam tersebut tersenyum, menancapkan pisau yang dibawanya tepat di bawah ulu hati Jungwon.
"Ada kata terakhir?" Tanyanya di balik topi yang menutupi wajahnya.
"Tidak ada? Baiklah, selamat tinggal" Laki-laki misterius tersebut mencabut pisau yang menancap pada tubuh Jungwon, kemudian kembali menusukkan tepat pada bagian jantung, dan diulangi sekali lagi pada bagian perut. Tubuh Jungwon sudah melemas, tubuhnya jatuh ke tanah dengan darah yang keluar dari luka-lukanya. Dengan tidak manusiawi nya laki-laki tersebut menginjak salah satu luka Jungwon yang membuatnya berteriak kesakitan. Selesai menyiksa Jungwon hingga pingsan, laki-laki tersebut tersenyum melihat hasil karyanya. Setelahnya mengambil sesuatu dari tas Jungwon.—foto polaroid dirinya dengan Wonyoung. Dengan senyuman lebar laki-laki tersebut melangkah meninggalkan Jungwon yang sekarat di gang sepi tersebut. Disisi lain Sunghoon sudah sampai di rumahnya, bersamaan dengan Wonyoung. Setelah membersihkan diri, keduanya memutuskan untuk berbincang di ruang keluarga.
"Oppa dirumah gimana ya? Dia pasti sendirian"
"Udah dong, jangan dipikirin terus Heeseung. Dia aja ga peduli sama kamu, di juga yang udah maki-maki kamu di depan umum" Ucap Sunghoon sedikit meninggikan suaranya.
"Aku kembar sama Heeseung! Aku paling tau apa yang dipikirin dia. Ada perasaan bersalah dihati aku waktu dia maki-maki aku. Rasanya aneh, aku yakin Heeseung ga berminat bilang itu semua" Untuk beberapa kali Sunghoon menghembuskan nafasnya berat.
"Terserah kamu deh"
🍁🍁🍁
Keesokan harinya Wonyoung kembali datang ke sekolah. Tatapan anak-anak masih sama seperti dulu, bahkan terkesan lebih kejam. Wonyoung yang menyadarinya hanya bisa menundukkan kepalanya. Saat memasuki kelas, Wonyoung bisa melihat Heeseung yang duduk sendirian di mejanya. Senyuman terukir di wajah cantiknya. Paling tidak kondisi hati Heeseung membaik hari ini. Itu yang Wonyoung fikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
toxic love
Teen Fiction"Gue gamau tau Won, lo harus minta maaf sama Yuna! Atau jangan pernah anggep gue sebagai kakak lo lagi!"- Lee Heeseung. " Apa dosa gue sehingga harus melalui semua ini? Gue muak sama hidup ini!" -Lee Wonyoung