Happy Reading!
"Apa itu cara dia bunuh appa waktu itu? Kalau di pikir-pikir, waktu itu appa tidak mengalami luka dan di nyatakan tiada setelah kritis. Lalu, apakah hal yang terjadi sama kak Jisung hari ini sama?"
Wonyoung memilih menepis semua hal yang ada di fikiran nya. Tanpa basa-basi Wonyoung berlari keluar kamar Jisung, mencari keberadaan laki-laki misterius yang mungkin juga telah membunuh orang terdekatnya.Wonyoung yakin orang tersebut masih berada di daerah rumah sakit. Waktu tidak berlalu sama ketika Jisung terbangun, Wonyoung berlarian kesana-kemari mencari seseorang yang dimaksud. Hingga seseorang dengan pakaian serba hitam terlihat sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Perlahan Wonyoung mendekati orang tersebut, sebisa mungkin tanpa menimbulkan suara. Benar saja, baik postur tubuh, pakaian dan juga topi semua mirip dengan seseorang yang dilihatnya tadi. Wonyoung mengambil sebuah cutter dari dalam tasnya, lalu mengarahkannya kepada laki-laki yang berdiri membelakangi nya.
"Siapa lo?! Apa yang lo mau sebenernya?!" Laki-laki tersebut membalikkan badannya, masker masih menutupi separuh wajahnya. Dengan tangan bergetar Wonyoung terus menodongkan cutter di tangannya tersebut.
"Gue tanya siapa lo! Apa yang lo mau dari gue?!" Teriak Wonyoung cukup keras, dan hanya di hadiahi kekehan kecil dari laki-laki di hadapannya.
"Jangan berulah jika lo gamau kehilangan orang yang lo sayang" Wonyoung mengerutkan keningnya, kemudian mengambil langkah untuk semakin maju ke arah orang yang berusaha menyakiti Jisung.
"SIAPA LO?!" Tidak ada jawaban. Wonyoung sedikit geram dengan laki-laki di hadapannya. Tidak ada pilihan lain.
"Sebenernya siapa lo?" Tanya Wonyoung sekali lagi dan terkesan lebih santai. Cutter yang di todongkan pun di turunkan nya.
"Kalau lo gamau jawab—" Wonyoung mengarahkan cutter di tangannya ke arah lehernya hingga mengeluarkan sedikit darah.
"Gue yang bakal habisin diri gue sendiri" Laki-laki di hadapannya Wonyoung mencoba menahan tangannya, namun Wonyoung malah menghindari kontak fisik dengannya.
"Siapa lo?!" Tanpa fikir panjang laki-laki di hadapan Wonyoung menarik kasar tangan Wonyoung yang memegang cutter, hingga mencetak luka yang cukup panjang di leher jenjangnya.
"Jangan pernah macem-macem! Hidup lo cuma ada di tangan gue" Wonyoung merasa geram. Tangannya lagi-lagi bergerak untuk membuka masker laki-laki tersebut. Akhirnya dia berhasil mengetahui siapa seseorang yang selama ini membuat hidupnya tidak tenang. Namun tiba-tiba kepalanya terasa pening. Wajah yang harusnya dilihatnya mendadak buram. Laki-laki tersebut sudah menyuntikkan obat bius untuk Wonyoung.
"Wanita gila! Bisa-bisanya lo ngancem gue pakai nyawa lo" Sinisnya dan menggendong tubuh lemas Wonyoung ke dalam rumah sakit.
"Lain kali lo harus lebih pintar, Wony"
🍁🍁🍁
Wonyoung terbangun di ranjang rumah sakit. Di hadapannya sudah berdiri Yuna dan kakaknya. Kepala Wonyoung masih terasa berat, bahkan dia tidak ingat apa yang terjadi setelah dia berhasil menangkap basah orang yang ingin melenyapkan Jisung.
"Lo ngapain sih Won kok bisa pingsan? Harusnya lo gausah paksain nungguin Jisung oppa kalau cape" Ucap Yuna dengan nada sedikit khawatir.
"Gue ga inget pasti. Tapi satu hal yang gue inget. Oppa! Gue hampir nangkep dia!"
"Dia? Pembunuh appa dan eomma?" Wonyoung mengangguk yakin, kemudian Yuna menatap sepasang saudara kembar tersebut dengan raut kebingungan.
"Kalian ngomongin apa sih? Pembunuhan?" Heeseung tersenyum lembut, kemudian mengusak rambut Yuna gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
toxic love
Teen Fiction"Gue gamau tau Won, lo harus minta maaf sama Yuna! Atau jangan pernah anggep gue sebagai kakak lo lagi!"- Lee Heeseung. " Apa dosa gue sehingga harus melalui semua ini? Gue muak sama hidup ini!" -Lee Wonyoung