"Gimana?"
"Operasi Wonyoung mahal Hoon, gue gatau dimana appa dan eomma nyimpen uang mereka. Pengacara keluarga juga baru ada urusan di luar negeri dan baru balik bulan depan. Gue takut Wonyoung semakin parah waktu dia udah dateng" Jelas Heeseung panjang lebar dengan kepala menunduk ke bawah.
"Gue bakal kerja keras buat cari uang operasi Wonyoung"
"Lo ga perlu khawatir soal uang. Gue yang bayar semuanya" Heeseung mengangkat kepalanya, menatap Sunghoon dengan satu alis terangkat.
"Dapet uang dari mana lo? Gue gamau nyusahin keluarga lo"
"Itu uang hasil kerja keras gue dari dulu. Sejak kecil orang tua gue udah meninggal. Semua aset kekayaan di rumah itu murni cuma punya gue" Heeseung membalalakkan matanya, sebenarnya apa pekerjaan Sunghoon hingga bisa membangun rumah sebesar itu? Bahkan interiornya sangat megah dan barang-barang di dalamnya mahal.
"Gausah kaget, gue pemilik dari perusahaan HK group. Gue CEO sekaligus pembangun perusahaan besar itu" Heeseung kembali tercengang. Di umurnya yang baru menginjak usia SMA Sunghoon bisa sesukses ini? Namun mengapa nilainya berasa jauh di bawah Wonyoung dan dirinya?
"Lo tinggal tandatangani aja surat persetujuannya. Masalah administrasi biar gue yang bayar" Heeseung sedikit ragu, namun tidak ada pilihan lain untuknya. Nyawa Wonyoung lebih penting untuk saat ini. Setelah berfikir cukup lama akhirnya Heeseung kembali masuk ke dalam ruangan dokter untuk menyetujui operasi pengangkatan sel kanker yang di cerita Wonyoung.
🍁🍁🍁
Heeseung kalut, dia tidak tau apa yang harus dilakukannya jika Wonyoung meninggalkannya. Jika bisa bertukar tempat, maka Heeseung lebih memilih untuk berasa di posisi Wonyoung sekarang. Sudah banyak penderitaan yang ditanggung adik kembarnya tersebut. Heeseung tidak ingin membebani nya kembali dengan penyakit seperti ini. Sunghoon hanya bisa menatap jengah ke arah Heeseung yang terus mondar-mandir di hadapannya. Khawatir? Tentu saja Sunghoon sangat khawatir! Kekasihnya sekarang sedang berjuang di dalam sana.
"Hee! Lo bisa ga sih duduk aja!" Heeseung menatap kedua bola mata tajam Sunghoon, setelahnya memalingkan pandangannya kembali fokus pada ruang operasi Wonyoung.
"Jadi, apa yang sebenernya terjadi antara lo sama Yuna?" Heeseung mengambil duduk tepat di sebelah Wonyoung, dan menatap kekasih kembarannya serius.
Flashback on
"Yun! Lo bisa ga sih berhenti gangguin kembaran gue?! Lo itu sahabatnya!"
"Iya, Wonyoung sahabat gue. Tapi itu dulu. Sebelum akhirnya dia rebut semuanya dari gue!" Ucap Yuna dengan tekanan di setiap katanya.
"Semua jauhin lo bukan karena Wonyoung! Semua jauhin lo karena sifat lo yang buruk!"
"Gue ga akan pernah berhenti nyiksa Wonyoung! Tunggu aja, lo bakal lihat Wonyoung lebih menderita dari ini" Ancam Yuna dan hendak meninggalkan Heeseung yang masih menatapnya.
"Gue mohon jangan ganggu adek gue, gue sayang dia, gue cinta sama dia, gue bakal hancur lihat dia tersakiti gini" Yuna menghentikan langkahnya, dan berbalik untuk menatap wajah Heeseung.
"Wow! Good news Lee Heeseung. Ah, Lee kalian kakak adik. Gimana lo bisa punya rasa lebih ke dia?" Ucap Yuna dengan nada mengejek.
"Itu bukan urusan lo! Gue bisa ngurus diri gue sendiri"
"Apa Wonyoung juga bales perasaan lo itu?" Heeseung menatap mata Yuna penuh amarah, dan hanya di balas kekehan olehnya.
"Apa urusan lo? Tentu Wonyoung juga sayang sama gue sebagai kakak kembarnya" Yuna tersenyum sinis, kemudian mendekat ke arah Heeseung satu langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
toxic love
Teen Fiction"Gue gamau tau Won, lo harus minta maaf sama Yuna! Atau jangan pernah anggep gue sebagai kakak lo lagi!"- Lee Heeseung. " Apa dosa gue sehingga harus melalui semua ini? Gue muak sama hidup ini!" -Lee Wonyoung