Happy Reading!
—
————————————————————
Wonyoung membuka matanya, rasanya begitu lega kedua orang tuanya tidak berada dirumah. Dengan wajah tersenyum Wonyoung membuka jendela kamarnya. Baru saja membuka jendela, Wonyoung mendapatkan sebuah surat yang di selipkan di sela-sela jendela. Wonyoung memandangi surat itu, tidak ada nama pengirimnya. Dengan rasa penasaran yang memuncak, Wonyoung membuka surat itu.
"Oppa! Oppa! Lihat ini!" Wonyoung berlari dari kamarnya menuju kamar Heeseung yang ada di sebelahnya. Setelah memberikan lembar kertas kepada Heeseung, segera saudara kembar Wonyoung itu membacanya.
"Tunggu, kok dia bisa tau? Lo kasih tau seseorang?"
"Gue mau nanya itu ke lo! Kalau bukan lo atau gue berarti-"
"Dia nyembunyiin sesuatu di rumah kita!" Potong Heeseung yang langsung melemparkan kertas di tangannya ke sembarang arah dan menuntun Wonyoung untuk mencari alat penyadap bersama-sama. Kertas yang Heeseung buang masih terbuka. Tertulis dengan jelas sebuah kalimat yang membuat kedua kakak beradik itu panik setengah mati.
'Jangan mencari tahu siapa aku. Kalian tidak akan pernah menemukanku karena aku tahu segala gerak-gerik kalian'
Wonyoung dan Heeseung berpencar ke seluruh sudut ruang belajar. Setiap sela-sela mereka susuri dengan baik. Keduanya tidak melontarkan suara sedikitpun, hanya ada beberapa gerakan yang menunjukkan bahwa keduanya belum atau sudah menemukan sesuatu. Mereka yakin, alat penyadapnya pasti di sembunyikan di sekitaran ruang belajar.
"Udah ketemu?" Tanya Heeseung dengan suara selirih mungkin.
"Belum, apa ketinggalan di tempat les ya?" Tanya Wonyoung dengan suara yang sedikit di keraskan.
"Oppa! Kita belum cek meja itu" Heeseung dan Wonyoung saling menatap, Wonyoung memberi kode agar Heeseung membuat keributan di atas meja seakan sedang mencari sesuatu. Sedangkan dia akan mencari di bawah meja. Beruntung Heeseung memahaminya. Segera Heeseung menjatuhkan beberapa barang membuat meja cukup berantakan. Sedangkan Wonyoung sendiri merundukkan kepala dengan tangan yang sibuk meraba bawah meja. Tangan Wonyoung berhenti ketika merasakan sesuatu yg mengganjal di bawah tangannya, setelahnya di tariknya benda tersebut hingga terlepas dari tempatnya. Wonyoung kembali memposisikan tubuhnya seperti semula. Memandangi benda yang di tariknya tadi.
"Bener itu?" Wonyoung menganggukkan kepalanya, dengan segera Heeseung mengambil benda itu dari tangan Sang adik. Memandangi benda kecil di tangannya. Heeseung mengernyitkan dahinya melihat tulisan yang ada di benda tersebut. Tidak ingin menunggu lebih lama, Heeseung membanting benda kecil itu dan menginjaknya hingga tidak berbentuk. Jelas terlihat benda itu sudah hancur berkeping-keping dan tentunya rusak.
"Gue lihat ada sesuatu di atas alat penyadap tadi"
"Apa?" Dengan rasa penasaran Wonyoung memandang Heeseung yang menunduk dan mengambil beberapa bagian dari alat penyadap yang masih terlihat utuh. Tidak semua, hanya mengambil bagian yang menunjukkan sesuatu yang dimaksudnya tadi."HK?"
"Benar! Ada dua kemungkinan. Mungkin orang yang menguntit mu selama ini adalah HK dari Heuning Kai, atau HK dari perusahaan besar Korea yang pemimpinnya saja tidak di ketahui" Wonyoung memandangi benda di tangan Heeseung dengan teliti.
"HK untuk Hyuka?"
"Jangan menuduh Kai jika belum ada buktinya Wony, dia sahabat lo sendiri ingat itu" Setelah meletakkan benda di tangannya, Heeseung mendorong tubuh Wonyoung perlahan untuk keluar dari ruang belajar.
"Sekarang lo siap-siap dulu, kita harus cepet ke sekolah" Wonyoung menghentikan langkahnya. Menolak Heeseung yang mendorongnya keluar dari ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
toxic love
Teen Fiction"Gue gamau tau Won, lo harus minta maaf sama Yuna! Atau jangan pernah anggep gue sebagai kakak lo lagi!"- Lee Heeseung. " Apa dosa gue sehingga harus melalui semua ini? Gue muak sama hidup ini!" -Lee Wonyoung