ꔷ─̸᰷᰷⋆࣪ ִִִֶֶֶ࣪꩜꩖ ֹֺ໋໋͓݊թׁ⍶rt 30⸝⸝

7.1K 763 32
                                    

❲ ▹ 𖥻ַ j̩̩̥ika ada kesalahan tulisan dll mohon maklumi! ❳
..

ꜥꜤHAPPY READING。〭•᷄ࡇ•᷅🔫

"Kita bertemu lagi nona."

Ucapan yang keluar dari mulut orang itu membuat Qian memutar tubuhnya menghadap kearah sumber suara itu.

Mengamati dari atas sampai bawah mencoba mengenal siapa orang itu, hei hei kenapa Qian tidak mengingatnya? tidak mungkin jika dirinya sedang dilanda pikun.

"Maaf tuan apa kita pernah bertemu sebelumnya?"tanya Qian dengan sopan.

Pria itu mengambil alih tempat duduk yang kosong. "Anda sudah melupakan saya nona? malang sekali diriku."

Qian hanya diam tidak menanggapi pria itu, dia sedang memikirkan lagi apa pria didepannya ini pernah bertemu dengan Qian asli atau dengan dirinya sendiri, namun kapan?

"Sepertinya saya perlu memperkenalkan diri saya lagi, perkenalkan nona nama saya Lan Bai semoga nona mengingat saya."

Lan Bai? apa pendengaran Qian salah?

Pria yang ia cari dari tadi malah muncul dengan sendirinya, tapi fisik Lan Bai sangat berbeda dengan awal pertemuan.

Operasi plastik? mana mungkin.

"Wajahmu sepertinya sedikit berbeda?"

Menyadari kebingungan dari wajah Qian, Lan Bai langsung menjelaskannya."Sebenarnya wajahku tidak berubah hanya saja aku belum lama ini memotong rambutku menjadi pendek."

Qian memperhatikan rambut Lan Bai, ternyata apa yang dia katakan tadi benar adanya,"ohh begitu."

"Kenapa kau ada disini?"tanya Qian lagi.

"Aku disini hanya ingin berjalan-jalan saja."

Bukankah aneh jika berjalan-jalan sampai diluar wilayah? atau mungkin saja diwilayahnya terlalu banyak dosa jadi Lan Bai sampai disini? isi pikiran Qian saat ini.

Lan Bai memanggil pelayan kedai untuk memesan makanan, tak lama kemudian makanan yang ia pesan sudah tertata dimeja.

"Boleh aku tau dimana tempat tinggalmu?"kali ini Lan Bai bertanya.

Sulit dipercaya atau mungkin saja Lan Bai berakting?

"Maaf aku tidak bisa memberitahu tentang itu,"jawab Qian.

"Oh tak apa, seharusnya aku yang meminta maaf karna bertanya seperti itu."

Kali ini sepertinya Qian tidak bisa mengajak kerja sama dengan Lan Bai, Qian masih curiga dengannya. Sepertinya ia harus mencari tahu tentang identitas Lan Bai sebenarnya terlebih dahulu dan mungkin saja Lan Bai sudah bekerja sama dengan Ondel-ondel itu. 

"Aku harus pulang sekarang, sampai jumpa lagi."Pamit Qian kemudian keluar kedai dengan Yui dan Huan tanpa menunggu jawaban dari Lan Bai.

Lan Bai hanya diam kebingungan, "kenapa dia?"tanya pada dirinya sendiri.

Dalam perjalanan pulang, Qian memikirkan rencana berikutnya. Gagal sudah rencana untuk bekerja sama dengan Lan Bai.

"Apa nona tidak enak badan?"tanya Yui khawatir, pasalnya dari tadi dia lihat Qian memasang raut muka yang tak menyenangkan.

"..."

"Nona?"panggil Yui sekali lagi, namun tetap dihiraukan oleh Qian lalu menatap ke arah Huan yang juga kebingungan.

Sampai akhirnya mereka bertiga tiba dikerajaan, Qian tersadar dari lamunannya lalu ia menepuk-nepuk kedua pipinya sambil bergumam, "sadar Qian sadar, mendingan mikir rencana lain dari pada mikirin tadi."

"Kak?"panggil Huan.

"Ya, ada apa?"jawab Qian dengan kedua tangan yang masih menempel pada pipinya.

"Gak gila kan?"tanya Huan sedikit serius.

Qian menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan oleh Huan, ia berjalan menuju paviliumnya untuk menjemput mimpi. Kalau saja ia ladeni Huan pasti akan bertengkar lagi dan itu membuang-buang waktu emasnya.

Baru saja Qian menghindar dari pertanyaan konyol Huan, kini dirinya malah bertemu Ondel-ondel dijalan.

"Salam yang mulia permaisuri," sapa Wei dengan membungkukkan badannya seperti biasanya.

"Ya,"jawab Qian singkat.

"Aku dengar yang mulia tadi ikut permaisuri pergi ke pasar malam, apakah itu benar?"

"Terus kenapa?"

"Andai saja aku tahu dari lebih awal, aku juga akan ikut bersama kalian pasti sangat menyenangkan bukan?"

"Menyenangkan?.....yang ada menyedihkan mungkin,"caci Qian pada Wei.

Terlihat muka Wei agak merah memadam akibat menahan emosi pada dirinya.

"Aku Ingin kepavilium jadi tolong beri aku jalan. Dan cepat kau tidur, sebelum mukamu penuh kerutan tua." ucap Qian diikuti dengan tangan mengibas memberi isyarat untuk minggir.

Wei menggeser kan tubuh untuk memberi jalan Qian tanpa banyak bicara tapi didalam hatinya penuh dengan umpatan.

Qian melewati Wei yang sedang melihat kearahnya dengan kedua tangan mengepal erat,dan Huan yang ikut berjalan dibelakang Qian berkata,"jangan marah-marah Tan, nanti cepet tua lhoo."

Dengan cepat Yui membungkuk kepada Wei,"Maafkan anak kecil ini yang mulia,dia masih belum mengerti apa-apa,"ucap Yui.

"Lain kali ajari anak kecil itu sopan santun, dasar tidak berguna!!"ucap Wei sambil sedikit berteriak lalu ia langsung meninggalkan tempat tersebut.

Teriakan Wei terdengar sampai ditelinga Qian,'dih mendingan  sadar diri  dulu sebelum ngingetin orang.' batin Qian

Sampai dipavilium, Qian langsung menghampiri kasur tidurnya untuk segera tidur.

"Yui lo kembali aja terus istirahat."

"Baik nona saya pamit undur diri, selamat malam." Yui membungkuk sedikit sebelum ia keluar.

"Selamat malam juga."

"Terus aku gimana?"tanya Huan.

"Tidur dibawah kolong kasur,"jawab Qian tanpa kasihan.

"Sungguh teganya."

"Bercanda."

❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙
©®.﹫cottonneon

26/01/2022

Allo smua.....

Lama up ya? Hujat aj tpi jan dihujat.
Oke udh gitu aja,, Mon maap klo crita alurnya tydakk sesuai harapan soalnya agak lupa alur hehe..

Menjadi Permaisuri Bar-BarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang