ꔷ─̸᰷᰷⋆࣪ ִִִֶֶֶ࣪꩜꩖ ֹֺ໋໋͓݊թׁ⍶rt 33⸝⸝

5.6K 316 41
                                    

Hαllο!! Mααf αtαs keterlαmbαtαnnyα (〒﹏〒) dαn terιmα kαsιh αtαs mαsυkαnnyα (´∩。• ᵕ •。∩')

❲ ▹ 𖥻ַ j̩̩̥ika ada kesalahan tulisan dll mohon maklumi! ❳
..

ꜤHAPPY READING。〭•᷄ࡇ•᷅🔫

Qian berjalan santai sendirian tanpa pengawal, tujuan Qian ingin pergi kolam ikan yang berada disebelah kanan paviliun nya hanya sekedar melihat ikan.

Tanpa sengaja Qian menatap sosok anak kecil yang terduduk di pinggiran kolam sambil menempelkan punggung nya di batang pohon.

Qian tau jika anak kecil itu Huan. Tanpa pikir panjang Qian menghampiri Huan yang masih termenung menatap kearah kolam.

"Hei bocil!" panggil Qian sambil memegang bahu Huan.

Huan menatap Qian dengan mata yang memerah menahan air mata, "kenapa?" tanya Qian lalu duduk disamping Huan.

"Hiks....hiks..." Huan menangis sambil memeluk Qian.

"Aku Ingin pulang! aku rindu mama papa dirumah! aku ingin pulang hikss!"

Qian tau apa yang Huan rasakan, tentu saja ia juga ingin menangis seperti Huan walaupun didunia ini tak sepadat didunianya dulu yang setiap jamnya harus bekerja tapi tetap saja Qian lebih suka dunianya dulu.

Berkerja keras untuk membahagiakan kedua orang tuanya yang sudah pulang kepangkuan tuhan, tapi sesudah ia berhasil malah terjebak didunia sialan.

Qian juga merasa ketidakadilan di hidupnya. Apalah daya dirinya yang hanya manusia biasa.

"Orang-orang didunia kita pasti juga merindukan kita tapi kita disini juga harus berjuang bertahan hidup walaupun dunia seperti tak adil pada kita."

Huan mendongakkan kepalanya menghadap ke muka Qian, "kak jangan berbicara bijak."

"Memangnya kenapa?" tanya Qian dengan mengerutkan dahinya.

"Terlihat aneh." Ucap Huan yang masih segukan karena ia menangis tadi. Sepertinya Huan memiliki hormon edan didalam tubuhnya.

Ingatkan Qian untuk bersabar setiap ucapan laknat dari mulut Huan! untung saja Huan menjadi adiknya sekarang jika tidak mungkin kepala Huan sudah Qian jadikan bola pingpong.

"Oke lupakan saja ucapan tadi, sekarang lebih baik masuk kedalam paviliun." Untuk sesaat Qian malas memikirkan masalah yang menimpa kekaisaran, hidupnya dan rencana balas dendamnya. 

┼────────────────────┼

"Apa semua barang bukti sudah kau hilangkan?" tanya seorang wanita diruang gelap tanpa lilin yang menerangi ruangan dan hanya cahaya bulan yang mengintip melalui celah-celah kecil.

"Semua barang bukti sudah saya singkirkan dengan baik," jawab seorang pria yang berada didepan wanita tadi.

Terlihat senyum dibibir wanita, "bagus, ini bayaran untukmu." Ucap wanita itu sambil menyerahkan sekantung koin emas, tanpa pikir panjang pria yang didepannya langsung menerima kantung tersebut.

"Terima kasih nona." Ucap pria itu sebelum pergi meninggalkan perempuan yang menyuruhnya untuk melakukan kejadian di kekaisaran siang tadi.

"Aku tak sabar melihat kehancuranmu permaisuri Qian." Ucapnya dengan senyum misterius.

┼────────────────────┼

Sudah berhari-hari semenjak kejadian yang menimpa kekaisaran tak satupun menemukan titik terang siapa pelaku yang sebenarnya, padahal sudah banyak kejadian yang mudah dilacak oleh kesatria kekaisaran. 

"Apa tidak ada barang bukti satu pun?" tanya Zhao memulai pembicaraan diruang rapat.

Sunyi. Tak ada perwakilan kesatria yang membuka suara, sampai akhirnya Wang  Ye yang menjawab.

"Maaf yang mulia, kami belum menemukan barang bukti," jawab Wang Ye.

Zhao yang masih terdiam, membuat suasana ruangan menjadi suram. Sampai akhirnya Zhao berdiri, tak lama kemudian diikuti orang-orang yang ada di ruangan.

"Yang mulia?" panggil Wang Ye.

"Zhen tidak menyuruhmu untuk membuka suara."

"Kalian semua pergi dari ruangan ini sekarang!" lanjut Zhao dengan nada tinggi.

"B-baik yang mulia," jawab mereka bersamaan.

Dan kini hanya tinggal Zhao sendirian yang berada diruang rapat, banyak berbagai memory masa lalu yang terulang kembali di otaknya.

Kejadian ini... Seperti terulang kembali persis dengan masa lalu.

Ada satu hal yang mungkin tidak Qian ketahui sebab dalam dramanya tidak ada adegan ini, yakni ada permaisuri pertama sebelum Qian yang meninggal dunia akibat kejahatan dari orang luar.

Sebelum permaisuri pertama itu meninggal, banyak kejadian teror yang menghantui di paviliun permaisuri.
(Jujur aja lupa, dichap sebelumnya itu paviliun apa kediaman karena mager nyari jadi tak tulis paviliun aja sksk:))

"Sepertinya Zhen sendiri yang akan menjaga permaisuri," guman Zhao, seketika Zhao mengingat wajah Qian saat marah padanya.

"Kenapa dia sedikit menggemaskan?" cetuk Zhao tiba-tiba.

Seakan sadar apa yang ia katakan, Zhao memijat pelipisnya. "Apa yang kau pikirkan Zhao!" Ucap Zhao marah pada dirinya sendiri.

❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙
©®.﹫cottonneon࿐

25/01/23

Menjadi Permaisuri Bar-BarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang