ꔷ─̸᰷᰷⋆࣪ ִִִֶֶֶ࣪꩜꩖ ֹֺ໋໋͓݊թׁ⍶rt 32⸝⸝

7.2K 665 72
                                    

❲ ▹ 𖥻ַ j̩̩̥ika ada kesalahan tulisan dll mohon maklumi! ❳

..

ꜥꜤHAPPY READING。〭•᷄ࡇ•᷅🔫

Setelah sekian lama mereka menunggu, kini beberapa prajurit yang ditugaskan mencari asal usul keributan tadi datang serta membawa karung goni yang entah apa isinya.

"Salam yang mulia, kami menemukan karung ini di bawah pohon apel," lapor salah satu prajurit yang paling didepan.

"Apa isi karung itu?" tanya Zhao.

"Kami belum sempat mengecek isinya yang mulia."

"Buka karung itu."

"Baik yang mulia," kata prajuit sambil memulai membuka tali yang mengikat karung tersebut.

Demikian dengan Qian yang berada dibelakang Zhao penasaran dengan apa yang ada didalam karung tersebut, menatap serius dengan sedikit mengangkat tumitnya. Bagaimanapun juga Zhao yang berada didepannya tinggi bahkan Qian hanya setinggi bahu Zhao.

"Nih tower gak bisa nunduk apa?!" guman Qian kesal.

Zhao menatap tajam kearah Qian, tanpa rasa takut Qian juga menatap tajam Zhao seperti berisyarat 'apa Lo?!'

"Yang mulia isi karung ini hanya bunga warna-warni dan batu kerikil," ucap prajurit.

Zhao paham maksud bunga dan batu kerikil yang berada di karung tersebut. Kaisar mana yang tak paham dengan teror murahan seperti ini?

"Buang karung itu dan kumpulkan prajurit di tempat latihan secepatnya!" perintah Zhao.

"Baik yang mulia."

Qian lagi-lagi dibuat bingung dengan tingkah kaisar yang jelas berstatus sebagai suaminya. Dalam pikiran Qian kini, bukan kah itu hanya bunga warna-warni yang indah? dan juga batu kerikil untuk beban saat melemparkan karungnya? buat apa harus mengumpulkan semua prajurit yang jumlahnya ratusan ribu?

"Ibu suri zhen pergi dulu, ada sesuatu yang harus zhen lakukan," pamit Zhao pada ibu suri lalu pergi begitu saja namun sedikit melirik kearah Qian.

Qian tidak menyadari jika Zhao melirik ke arahnya sebab Qian disibukkan dengan telapak tangan yang gatal entah apa penyebabnya.

"Tenang lah Zhao er pasti akan menyelesaikan masalah ini dengan cepat," ucap ibu suri menenangkan Qian dan Wei. Padahal Qian masih tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Ibu suri izinkan permaisuri ini untuk pergi ke paviliun," ucap Qian menunduk sedikit untuk menghormati.

Ibu suri tersenyum mengerti jika Qian sedang kelelahan, "kembalilah Qian er beristirahat lah sejenak."

"Terima kasih Ibu suri."

Qian pergi dari tempat itu dengan langkah anggunnya, berjalan sambil memikirkan sesuatu. Yang jelas masalah yang baru saja melanda.

"Demi apapun mending gue transmigrasi ke gembel jalanan dari pada di zaman purba kek gini!" Kesal Qian.

┼────────────────────┼

Matahari bersinar sangat terik tepat pada atas kepala, panas menyelimuti seluruh badan namun hal ini tak membuat seorang bocah yang masih bermain dibawah pohon.

Dialah Huan, maklum saja jiwanya masih anak kecil yang butuh menyenangkan diri dengan cara bermain.

Namun Yui yang dari tadi menemani Huan bermain merasa lelah setengah mati, bukan berati pertanda tua namun Huan mengajak Yui bermain kejar-kejaran yang tiada berhentinya jika Yui tidak menurutinya Huan akan memanggil Wang Ye untuk bermain bersama.

Tentu saja Yui tidak akan membiarkan hal itu terjadi, Yui tau jika panglima Wang Ye sedang sibuk mengurus semua urusan kerajaan. Jangan salah paham tentang Yui dan Wang Ye.

"Ayolah kak semangat sedikit," ucap Huan menyemangati Yui yang terlihat tak bertenaga.

"Sebenarnya kita ini akan mencari apa? Ini sudah sangat panas."

Jari telunjuk Huan menempel pada dagu seperti orang yang sedang berpikir, "mencari sebuah kebenaran yang bisa mengubah keadaan di kerajaan ini mungkin?"

Jawaban yang dilontarkan Huan membuat Yui melongo tak mengerti.

"Hanya bercanda," lanjut Huan.

Setelah itu, Huan tak sengaja melewati tempat dimana para prajurit berlatih. Ia berhenti karena melihat banyak prajurit yang sedang berkumpul.

Huan mencoba mengintip di balik gerbang pelatihan prajurit yang sedikit terbuka, maklumi jika Huan memiliki penyakit kepo akut anggap saja penyakit itu bawaan dari dunia lamanya.

"Jangan mengintip seperti itu, bagaimana kalau ada prajurit yang melihatmu dan mengira kau seperti penyusup?!"

"Aish diamlah kak jangan berisik, coba dengarkan apa yang dikatakan kaisar itu," ucap Huan lirih.

Sedangkan di lapangan pelatihan prajurit. Zhao yang berada di paling depan menatap para prajurit dengan tatapan datarnya.

"KALIAN TAU KAN APA MAKSUD DARI TEROR TADI? KALIAN SEMUA HARUS MENJAGA KETAT AREA PINTU MASUK DAN PERIKSA SEMUA ORANG YANG MEMASUKI KERAJAAN!" Perintah Zhao.

"BAIK YANG MULIA!" Jawab para prajurit serempak.

Kembali lagi ke Huan

Huan dan Yui menatap satu sama lain sesudah mendengarkan ucapan Zhao tadi. Seolah pandangan mata mereka bertanya apa maksud teror tadi.

"Apa yang kalian lakukan disini?"

"ANJIR!!"

"WAAA!!" teriak Huan dan Yui secara bersamaan.

"Heh cil siapa yang ngajarin bilang 'anjir' ?!" tanya Qian sedikit mengengas, tentu Qian lah pelaku yang membuat Huan dan Yui terkejut.

Huan menatap jengkel ke arah Qian, " Kakak sendiri yang mengajariku." Setelah itu Huan berjalan meninggalkan Qian dan Yui.

❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙
©®.﹫cottonneon

04/06/22

Habis ngetik langsung publis kalau banyak salah maaf.
Kapan up lagi?

Menjadi Permaisuri Bar-BarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang