00

2.3K 241 78
                                    

"Dyandra!!"

Pintu ruangan Dyandra terbuka, di iringi pekikan dari seorang wanita. Itu Brigitta, atau yang biasa di panggil Cece Bri, rekan kerja tapi juga bisa di bilang sahabat yang sudah di anggap kakak bagi Dyandra. Brigitta mempunyai umur lima tahun lebih tua di atas Dyandra, namun Brigitta tidak pernah mau membuat batasan dengan Dyandra karena perbedaan umur mereka.

Dyandra mempunyai butik designer yang cukup terkenal. Butik Dyandra lebih fokus untuk membuat baju-baju pengantin, baju pesta, atau setelan jas. Tidak hanya di Bali saja, Dyandra juga mempunyai cabang di Jakarta dan Surabaya. Tidak jarang pembisnis ataupun artis menjadi salah satu pelanggan butik milik Dyandra.

Saat ini Brigitta tengah berada di ruangan Dyandra. Ruangan Dyandra tidak begitu formal seperti ruangan-ruangan kantoran, lebih ke santai dan cozy. Dyandra sangat menyukai hal simpel, jadi ruangan ini adalah cerminan dari Dyandra.

Brigitta merebut rokok yang baru saja Dyandra sulut dan mematikan ujung apinya di atas asbak lalu kemudian membuangnya ke tempat sampah.

"Ceee!!!" Dyandra mencebik sambil melotot pada Brigitta namun malah di balas pelototannya dengan beracak pinggang.

"Tobat wahai Dyandraaa, tobat!!! Kamu itu terlalu imut buat ngerokok. Bisa rusak image kamu kalau ngokar terus di mana-mana."

Dyandra menghela napasnya sambil mengangkat kedua bahunya acuh. Malas meladeni Brigitta, Dyandra kembali mengambil satu batang dan menyalakannya kembali.

"Ini nggak di rumah, Ce. Nggak usah lebay."

"Kampret!! Uhukk... uhukk..." omel Brigitta sambil terbatuk-batuk saat Dyandra sengaja menghembuskan asap rokoknya tepat di depan wajah Brigitta.

Dyandra terkekeh. "Biar Cece wangi." Dyandra hanya suka menggoda Brigitta, salah siap Brigitta suka seenaknya sendiri menyabotase waktu merokok Dyandra.

Sedangkan Brigitta tidak suka Dyandra merokok karena alasan yang pertama tentu saja kesehatan, terlebih Dyandra wanita. Tapi juga karena suami Brigitta akan mengomel jika Brigitta bau asap rokok.

Dyandra merokok? Jawabannya iya.

Kalau di tanya sejak kapan? Jika Dyandra ingat mungkin sejak lulus kuliah, sekitar empat atau lima tahun yang lalu.

Beban yang Dyandra tanggung membuat Dyandra memerlukan pengalihan perhatian. Dan sejak saat itu Dyandra memilih rokok.

Brigitta menatap kesal ke arah Dyandra. "Serius Dyandra, habis ini tamunya dateng, kamu masih sempet-sempetnya ngokar?"

Justru karena saat ini ia sedang banyak pikiran, makanya ia menyempatkan diri untuk ngerokok, batin Dyandra. "Iya-iya Ce, satu batang doang, ini juga mau habis."

Dyandra menyingkir ke arah jendela sambil menghisap tembakaunya dan menikmatinya sampai habis, lalu ia mengambil tempat duduk di sebelah Brigitta.

"Jadi?"

"Kenapa nggak Cece sendiri aja sih? Biasanya juga tanpa aku kan?" Tanya Dyandra.

Brigitta menggeleng pasti. "Nggak, kali ini kamu juga harus ada di sana. Semuanya harus jelas, kamu harus coba ketemu sama dia demi memastikan perasaanmu sendiri. Kalau kamu emang udah bisa ngelupain dia, kamu harus berani tunjukin diri, jangan kabur dari masalalu. Ya... kecuali kalau kamu emang belum bisa ngelupain dia."

Hari ini, Dyandra dan Brigitta mempunyai janji bertemu dengan salah satu sutradara yang cukup mempunyai nama. Bahkan pernah mendapat penghargaan piala oskar saat film garapannya di putar di beberapa negara.

Mereka mempunyai janji temu bukan untuk keperluan syuting film, tapi karena mau membahas pesanan suits milik sutradara tersebut tentunya.

Tapi yang menjadi masalah, seorang sutradara tersebut adalah sosok masalalu Dyandra. Selama ini, Dyandra tidak pernah menunjukan dirinya sebagai pemilik butik. Yang lebih sering mengurus pelanggan-pelanggan penting seperti, pejabat atau artis adalah asisten Dyandra.

Lost In The Past ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang