Dyandra sedikit tergesa berlarian menuju ruang guru. Tadi yang menghubungi Dyandra adalah wali kelas Nagara. Dyandra tidak tahu ada masalah apa dengan anaknya itu, tapi mendadak mendapat panggilan dari wali kelas Nagara sudah membuktikan jika Naga sedang tidak baik-baik saja.
Tapi belum sampai di ruang guru, Dyandra dapat melihat anaknya tengah duduk di atas ayunan dengan wajah kelewat tenang, sebenarnya ada apa ini? Namun sejurus kemudian di depan ruang guru, terdapat teman Naga dan juga ibu anak itu terlihat berbincang dengan wali kelas Naga.
Mengabaikan atensi mereka, Dyandra langsung menghampiri Naga dan bersimpuh di hadapannya.
"Naga, ada apa sayang?" Tanya Dyandra sambil meneliti Naga dari ujung rambutnya sampai kaki.
"Mama!!" Seru Naga sambil menggeleng, "nggak ada apa-apa, ma."
Tidak lama setelah itu wali kelas Naga yang bernama ibu Dewi berjalan mendekat ke arah Dyandra, di ikuti oleh Julio dan ibunya. Julio adalah teman sekelas Naga.
"Maaf ibu, sebenarnya ada apa--"
"Kamu kalau nggak bisa didik anak nggak usah di sekolahkan di sini, masih kecil udah punya bibit preman ya gitu, anak belum ada lima tahun udah berani mukul anak saya. Saya masih baik hati karena nggak nuntut kamu sama anak kamu, karena saya cukup prihatin sama anak kamu yang nggak punya bapak." Anggel, ibu Julio tiba-tiba memotong ucapan Dyandra dengan berbicara panjang lebar yang semakin membuat Dyandra tidak mengerti.
"Maaf, tapi apa maksud anda berbicara seperti itu?!" Dyandra mulai tersulut emosi.
Selama ini Dyandra sudah biasa mendapat gunjingan miring dari ibu-ibu wali murid, Dyandra sudah terbiasa seakan sudah kebal, ia hanya perlu menulika telinga dan menebalkam muka saja.
'Kabarnya dia nggak punya suami, Jeng.'
'Jangankan suami, dia aja nggak nikah.'
'Nggak nikah kok bisa hamil sih, jeng?'
'Aduh Jeng, kayak nggak tahu anak jaman sekarang aja, kalau bukan wanita nakal ya apa lagi?'
Gunjingan-gunjingan seperti itu bukan hal baru bagi Dyandra, jadi dia tidak akan terpengaruh jika di sebut-sebut wanita nakal atau murahan. Tapi saat Naga di jelek-jelakan, hati ibu mana yang bisa menerima itu? Begitu pula dengan Dyandra.
"Kamu tanya aja sama anak kamu sendiri." Setelah berkata demikian, Anggel membawa pergi Julio dari hadapan Dyandra.
Kemudian ibu Dewi mendekat ke arah Dyandra dengan tatapan tidak enak. "Ada kesalah pahaman kecil bu, biasa pertengkaran anak-anak, maaf saya sebagai wali kelas sempat lalai sampai anak-anak didik saya berantem."
Dyandra menghela nafasnya. Sebelumnya, Naga tidak pernah terlibat pertengkaran dengan teman-temannya, tapi ada apa dengan anak itu?
"Iya bu, terimkasih sudah segera menghubungi saya." Balas Dyandra.
"Kalau begitu saya pamit dulu bu, mari."
Dyandra mengangguk dan membalasnya dengan senyuman tipis. Kemudian atensinya kembali menatap Naga yang tengah memainkan ujung sepatunga dengan mengetuk-ngetukkan ke tanah.
Dyandra ikut duduk di ayunan yang berada di sebelah Naga. Kemudian membelai rambut Naga yang halus. "Mama." Seru Naga sambil menatap wajah Dyandra.
"Hmm... ada apa?"
Naga terlihat diam sejenak, menghela napasnya lalu mulai berbicara. "Naga lagi kesel banget, ma."
"Kenapa bisa gitu? Rebutan lego? Atau rebutan pensil warna lalu nggak di balikin sama temen kamu? Biar aja lah, Nag. Mama bisa beliin lagi yang baru buat Naga." Jawab Dyandra santai. Dyandra tidak mau mengintimidasi anaknya, sebisa mungkin Dyandra akan berbicara santai agar anaknya bisa menganggap Dyandra sebagai teman dalam waktu-waktu tertentu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In The Past ☑
RomanceSetelah lima tahun menghilang bak di telam bumi, tiba-tiba Dyandra menunjukan dirinya di hadapan masalalunya dengan niat hanya untuk memastikan jika benar-benar sudah tidak ada yang tersisa di hatinya untuk pria tersebut. Tapi Dyandra lupa, pria yan...