Chandra membawa tubuh Dyandra masuk kedalam mobilnya, mengamati sebentar wajah Dyandra yang sayu sambil berpikir mau di bawa kemana Dyandra? Alamat rumahnya saja Chandra tidak tahu. Jika tidak di bawa pulang, Ayah Dyandra pasti akan khawatir.
"Pak, alamat Dyandra di daerah mana ya?" Tanya Chandra kepada satpam tersebut.
"Cluster Heaven Sky, nomor 12, pak."
"Oke, makasih ya pak, saya duluan. Mari." Pamit Chandra, namun saat Chandra akan menjalankan mobilnya lengan Chandra di cekal oleh Dyandra dengan sisa-sisa kesadarannya. Chandra menoleh dan mendengar guman wanita itu.
"Jangan... kerumah." Gumannya yang masih bisa di tangkap dengan jelas oleh Chandra.
"Jangan... bawa aku... pulang... kerumah!!" Lagi.
"Kenapa? Lalu kamu mau di bawa kemana?" Tanya Chandra binggung. Sebenarnya, tanpa izin bisa saja Chandra langsung membawanya pulang ke apartemennya yang beberapa minggu ini ia tempati, tapi kali ini Chandra tidak mau bersikap bajingan dengan memanfaatkan wanita mabuk.
"Kemana saja, asal nggak kerumah... aku mohon..." racaunya kembali terdengar.
"Hotel..." ujarnya kembali, "bawa aku ke hotel... atau kemana pun." Imbuhnya kemudian wanita itu jatuh terlelap.
Chandra menghela nafasnya, ada apa dengan Dyandra? Kenapa tidak mau di antar pulang kerumah? Apa karena Dyandra tidak ingin ayahnya melihat putri kesayangannya pulang dengan keadaan mabuk?
Tidak mau buang-buang waktu, Chandra segera membawa mobilnya keluar dari parkiran butik. Chandra tidak membawa Dyandra ke hotel, melainkan ke apartemennya. Saat tiba di apartemen, Dyandra masih terlelap, maka Chandra kembali menggendongnya.
Tidak lama setelah itu Chandra sudah masuk kedalam apartemennya, apartemen Chandra hanya mempunyai satu kamar, mau tidak mau Chandra membawa tubuh Dyandra ke kamarnya, ia baringkan di atas ranjangnya secara perlahan, lalu Chandra duduk di tepi ranjang sambil mengamati wajah ayu Dyandra yang teramat sangat ia rindukan.
Saat sadar jika tidak baik lama-lama berada di dalam satu kamar berdua dengan Dyandra, Chandra segera bangun dari duduknya, terlalu bahaya, Dyandra adalah sumber magnetnya yang sewaktu-waktu bisa menariknya.
Saat baru tiga langkah berjalan, Chandra menelan ludahnya yang pekat saat tubuh Dyandra bergerak hingga bagian bawah dressnya terangkat naik. Menampilkan kulit pahanya yang putih, bersih, mulus seperti bayi.
Dengan hati-hati Chandra membetulkan rok Dyandra. Tidak mau berlama-lama, Chandra memilih segera pergi, namun saat langkahnya sudah mencapai pintu, Chandra seketika di suguhi pemandangan yang membuat kedua bola mata Chandra mau lepas dari tempatnya. Dengan sisa-sisa kesadarannya, Dyandra mencoba melepas dress yang dia kenakan. Terlihat kesulitan karena dress tersebut tidak langsung lepas dari tubuhnya, sehingga mempertontonkan tubuh Dyandra setengah telanjang yang hanya terbalut bra dan celana dalam berwarna peach.
Damn! Dasar mata pengkhianat, tidak mau lepas menyusuri lekuk tubuh Dyandra, lalu pandangannya berhenti tepat di dada Dyandra yang tampak tidak cukup tertampung bra-nya yang terlihat mungil. Pabrik Dyandra yang satu itu memang benar-benar devinisi remesable bangettt.
Dyandra terlihat kembali merebahkan tubuhnya dengan santai, sedangkan Chandra tengah menahan godaan panas dingin yang ia rasakan di tubuhnya.
Entah sudah berapa lama Chandra mematung di depan pintu, hati Chandra sangat ingin mendekat ke arah Dyandra, tapi otaknya jelas-jelas melarangnya. Chandra bukan tipe lelaki yang akan menyentuh wanita yang sedang tidak sadar, dia bukan bajingan. Tapi sekarang khasusnya beda, yang ada di atas ranjangnya adalah Dyandra, wanita pertamanya. Pertama dalam hal apapun, you know!

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In The Past ☑
RomanceSetelah lima tahun menghilang bak di telam bumi, tiba-tiba Dyandra menunjukan dirinya di hadapan masalalunya dengan niat hanya untuk memastikan jika benar-benar sudah tidak ada yang tersisa di hatinya untuk pria tersebut. Tapi Dyandra lupa, pria yan...