21.

1K 215 21
                                    

⚠️ banyak typo bertebaran!!

.
.

Wajah naga berseri-seri saat mendengar pesetujuan Chandra untuk datang di acara ulang tahunnya.

Chandra jadi semakin tidak sabar menantikan hari di mana ia akan mengatakan kalau Chandra adalah papanya. Mengatakan kalau Chandra sangat mencintainya dan meminta maaf karena selama ini tidak pernah ada untuknya. Chandra berharap jika saat itu akan segera tiba, selain menjadi papanya, Chandra juga ingin menjadi temannya, teman terbaik yang pernah Naga miliki tentunya.

Waktu terlihat semakin sore. Dyandra akhirnya pulang dari butiknya, tapi saat dirinya sampai di depan pintu, ada suara tawa dan hingar bingar keramaian yang ada di ruang tengah, Dyandra melangkahkan kakinya masuk menuju ruang tengah.

Pemandangan yang ada di sana membuat Dyandra terpaku. Dyandra sangat mengenali punggung lebar serta suara khas tawa milik siapa itu. Chandra dan Naga sedang duduk bersebelahan di atas atas karpet sambil memainkan Alvonzo, di sana juga ada Maung yang sedari tadi di usap-usap bulunya oleh Chandra.

Keduanya seperti hanyut dalam dunianya, Chandra bercerita lalu Naga menanggapinya dengan antusias, untuk beberapa saat Dyandra ikut hanyut dengan kegiatan mereka, sudut bibir Dyandra tertarik tipis membentuk senyuman, tapi tidak lama Dyandra sadar saat matanya melihat ada keganjilan.

Chandra dan Naga sampai tidak menyadari seseorang masuk ke dalam rumah. Chandra menoleh saat mendengar suara deheman dan melihat Dyandra yang berdiri di belakangnya sambil bersedekap dada, sepasang matanya menyipit sementara wajahnya kelihatan gusar, wajah Dyandra suram saat milihat box kaca bening yang berisikan kadal berada di hadapan Naga.

Damn! Bahkan saat wanita itu marah pun malah tampak menggemaskan di mata Chandra. Dan sudah menjelang sore pun kenapa Dyandra tetap saja cantik, dulu Dyandra tidak suka berdandan, tapi sepertinya sekarang wanita itu sudah berubah.

"Mama look, Om Chandkha beliin aku kadal. Kata om Chandkha nanti kadalnya bisa bobok di khumahnya om Chandkha. Nggak apa-apa kan, ma?" Naga bertanya dengan nada ceria dan penuh antusias saat melihat Dyandra pulang. Dyandra menatap Chandra dengan alis terangkat. Chandra meringis melihat tatapan tajam Dyandra.

"Hay, Dy. You look so beautiful, sore yang cerah, pemandangan yang indah, aku ingin mengabadikan senyummu, tapi sayang yang aku dapatkan hanya wajah surammu." Ucap Chandra sambil tersenyum lima jari.

Dyandra memutar kedua bola matanya, malas, lalu matanya menatap Naga yang sedari tadi menatap Dyandra dan Chandra bergantian. "Nag, udah sore cepat mandi dulu sama mbak Wulan, mama mau ngobrol bentar sama Om Chandra."

"Mbak, tolong mandiin Naga ya." Ujar Dyandra memanggil Wulan, pengasuh Naga.

Wulan datang dari arah belakang. "Iya mbak."

Naga yang tampaknya mengerti jika ucapan Dyandra kali ini tidak bisa di bantah, bocah itu mengangguk lalu menatap Chandra. "Om, Naga mandi dulu ya, bye..."

"Bye kiddo!" Balas Chandra sambil mengacak-acak rambut Naga.

Melihat Naga yang sudah naik ke lantai atas, Dyandra kemudian mendudukan dirinya di sofa, Chandra yang mulanya duduk lesehan beralaskan karpet, kini lelaki itu berdiri dari tempatnya dan ikut duduk di sebelah Dyandra.

Saat Chandra mendudukan dirinya si sebelah Dyandra, sontak Dyandra menegakan tubuhnya. Chandra sialan, dia benar-benar masih bisa memberikan efek yang besar bagi tubuh Dyandra begitu pula perasaanya.

"Kamu ngapain sih duduk di sini, jauhan sana, di situ kan juga ada sofa." Protes Dyandra sambil meminimalisir detak jantungnya.

"Kenapa? Kalau deket kan enak kamu bisa bebas mau pukul aku, jambak, cakar atau apapun yang bisa bikin kamu puas karena kalau di tahan-tahan nanti nggak enak rasanya, kamu mana bisa puas?" Ujar Chandra secara gamblang dan membuat Dyandra melongo.

Lost In The Past ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang