06

1K 207 35
                                    

Di sepanjang jalan pulang, Dyandra berkali-kali menghela nafasnya berat.
Ingatannya kembali berputar-putar dengan kejadian yang baru saja ia alami.

Tanpa membangunkan Chandra, Dyandra segera bergegas masuk ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya lalu keluar dari apartemen yang di yakini milik Chandra.

Bangun di ranjang yang sama dengan Chandra sebelumnya sudah tidak pernah lagi ada di pikiran Dyandra sekalipun. Dyandra bukan wanita polos yang tidak bisa mengenali keadaan tubuhnya sendiri ketika sehabis menghabiskan satu malam yang panas, melihat bercak keunguan hampir di sekujur tubuhnya terlebih di bagian lehernya, sangat khas sekali dengan Chandra, yang lebih parahnya dia kembali mengulang kesalahan seperti lima tahun yang lalu.

Seharusnya malam itu Dyandra menginap saja di butik agar tidak perlu berjumpa lagi dengan Chandra. Dyandra mabuk dengan tujuan untuk melupakan ingatan-ingatannya tentang Chandra, tapi kenapa malah berakhir seperti ini?

Kemarin malam hanya kesalahan, lagi pula selama ini Dyandra juga pernah melakukan one night stand, ya anggap saja kemarin malam adalah kegiatan seks yang hanya sebatas satu malam, dan tidak lebih, dan Dyandra yakin jika Chandra juga paham dengan hubungan satu malam, Dyandra hanya berharap kesalahan ini tidak berakhir fatal.

Dyandra memejamkan matanya sambil meraba tatonya sendiri yang tiba-tiba jantungnya berdetak kencang.
Apa Chandra juga sudah melihatnya? Pasti sudah melihatnya.

Tiba-tiba suara dering telepon menyadarkan Dyandra dari lamunannya. Untuk beberapa saat dahi Dyandra berkerut membaca nomor yang tidak dia kenal tengah menghubunginya. Siapa?

"Hallo?" Dyandra memilih mengangkat panggilan itu, siapa tahu memang ada keperluan penting.

"Dyandra?"

"Iya, saya sendiri. Dengan siapa ini?"

"Ini aku, Chand--"

Tut! Tut! Tut!

Dengan cepat Dyandra memutus panggilan itu. Masih sadar Dyandra tidak membanting ponselnya. Ekspresi Dyandra berubah menjadi horor, matanya menatap nanar nomor yang tampil di layarnya. Apa lagi ini Tuhan?!!

Taxi yang di tumpangi Dyandra berhenti tepat di depan rumah yang sudah ada lima tahun ini ia tempati dengan keluarganya. Dyandra turun dari taxi lalu melanglah masuk kedalam rumah, suasananya sepi, mungkin karena masih terlalu pagi.

Dyandra kembali menghela napas lalu memutuskan untuk masuk kedalam kamar dan segera mandi untuk menyegarkan pikirannya. Ini hari minggu, hari minggu adalah jadwalnya Dyandra menghabiskan waktu dengan Nagara. Mengingat Nagara, senyum di bibir Dyandra terbit begitu saja.

Usai mandi Dyandra memilih menggunakan baju yang bisa menutupi lehernya, untung saja sepertinya cuaca pagi ini sedikit mendukung dengan baju yang Dyandra kenakan, sedikit mendung dan berangin. Sebelum itu Dyandra perlu memastikan bercak-bercak ungu di lehernya harus tertutupi sempurna dengan make up.

Selesai dengan kegiatannya, Dyandra segera turun dari kamar, lalu bersiap untuk memasak. Setidaknya para penghuni rumah ketika bangun, sudah ada yang bisa di santap untuk sarapan.

"Baru pulang, Dy?" Itu suara ayah Dyandra. Jaremmy Latief.

Dyandra menoleh sebentar ke arah belakang, melihat ayahnya yang duduk di pantry sambil meminum air mineral, terlihat jika lelaki paruh baya tersebut baru saja bangun dari tidurnya.

"Iya, yah." Jawab Dyandra.

"Jangan terlalu di paksa lembur, Dy. Kamu juga butuh istirahat."

Dyandra berdehem pelan, rasanya sangat tidak nyaman berbohong kepada ayahnya. Bekerja lembur sampai pulang dini hari sebenarnya bukan hal baru bagi Dyandra, tentu saja ayahnya tidak pernah berpikiran yang aneh-aneh. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin kan, Dyandra bilang 'ayah, Dyandra nggak lembur kerja, tapi habis lembur dengan Chandra di apartemennya.' Apa Dyandra sudah gila?

Lost In The Past ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang