Angel yang telah melihat tuannya itu menyeret tubuh Guntur memasuki perpustakaan, lantas ia langsung berpura-pura berakting seperti orang yang kebingungan dan khawatir.
Angel pergi ke tempat Fajar dan Citra berduaan, yaitu di teras rumah. Langsung saja dia mulai memainkan Aktingnya.
"Fajar ataupun Citra, apakah kalian melihat Guntur?"
"Tidak, kami tidak melihatnya. Bukankah dia dari tadi bersamamu membersihkan gudang? Kenapa malah bertanya pada kami?"
"Iya, tadi memang dia bersamaku. tapi dia langsung pergi begitu saja saat dia bilang dia melihat sosok Rere yang berjalan-jalan di hutan. Aku melihat dia mengejarnya tapi sampai saat ini dia belum kembali juga. Aku kira dia akan pergi ke sini"
"Kami sudah di sini sedari tadi dan tidak ada seorang pun lagi selain kami berdua. Guntur... dia melihat Rere? Jadi, Rere tidak menghilang, hanya berjalan-jalan saja di hutan. Dasar, membuat orang cemas saja!"
"Lalu sekarang kenapa dia belum kembali juga bersama Rere? Apakah mereka berdua tersesat?"
"Aku tidak tahu. Ayo kita coba mencari mereka"
Angel, Fajar dan Citra bergegas mencari keduanya. Mereka berpencar ke segala arah agar lebih cepat menemukan keberadaan mereka. Pencarian membutuhkan waktu tiga jam. Mereka baru kembali ke rumah saat petang.
Mereka kini sedang berada di ruang tamu. Angel menatap mereka berdua dan menyeringai puas tanpa mereka sadari. Dia suka melihat pemandangan dua orang ini yang tersiksa karena kehilangan teman-temannya.
Citra pingsan dan Fajar yang memukuli tembok sampai tangannya berdarah, terlihat sangat frustasi sekali. Angel terlihat tidak berniat sama sekali untuk membantu menenangkan mereka. Dia justru duduk manis seolah sedang menikmati pertunjukkan.
Leona datang dan tertawa jahat dalam hati melihat pemandangan di hadapannya. Sungguh, ini adalah sesuatu yang sangat ia sukai dan nanti-nantikan.
Dia dengan cepat merubah ekspresi wajahnya menjadi sedih dan mencoba menghentikan Fajar yang masih setia memukuli tembok sampai ada sedikit keretakan.
"SUDAH CUKUP! APA YANG KAU LAKUKAN!"
Leona menarik tangan Fajar yang sudah berdarah-darah itu. Fajar hendak memukul tembok lagi, tapi Leona segera menghentikannya kembali. Fajar menatap Leona dengan tajam dan rahang yang mengeras.
"Jangan menghentikanku!" Ucapnya penuh penekanan. Leona sama sekali tidak peduli. Fajar mencoba melepaskan tangannya yang di pegang erat oleh Leona, namun gagal.
"Kau mau melakukannya sampai kapan?! Sampai tanganmu patah, atau sampai rumah ini roboh?!"
Fajar tidak menjawab. Dia menundukkan kepalanya dan dapat dilihat pula air mata yang menetes kemudian terjatuh ke lantai... Ya, Fajar menangis. Tidak peduli harga dirinya akan turun sebagai laki-laki di hadapan para wanita-wanita itu. Hatinya sudah tidak kuat lagi.
"Aku tahu, aku sangat tahu bagaimana perasaan kalian. Kita juga sudah berusaha mencari mereka. Takdir memang jahat memisahkan seseorang dengan cara seperti ini"
"Cih!"
Fajar mengangkat tubuh pingsan Citra dan menggendongnya menuju kamarnya. Kata-kata penenang apapun saat ini tidak bisa merasuk ke pikiran dan hatinya. Dirinya sangat, sangat kacau!.
Angel dan Leona langsung tertawa terbahak-bahak selepas kepergian Fajar dan Citra. Angel dan Leona melakukan tos dan berlarian kecil menuju dapur untuk merayakan hari bahagia mereka dengan minum bir sepuasnya.
Di kamar Citra, Fajar lantas segera membaringkan tubuh gadis itu keranjang. Tangannya mengelus pelan kepala Citra dan mencium kening gadis itu lama, lalu memutuskan pergi dari sana menuju kamarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery Island
Mystery / ThrillerEnam remaja mempunyai hobi yang sama yaitu berpetualang. Kapal yang mereka tumpangi mengalami kerusakan mesin akibat badai, sehingga mereka harus berlindung sementara di sebuah pulau aneh yang terdapat satu rumah yang misterius. Misteri apa yang ter...