Part 23

124 18 7
                                    

Burung berkicauan dengan riang, sinar mentari menembus di balik gorden di suatu kamar yang terdapat tiga orang yang masih tertidur lelap sambil berpelukan memberikan kehangatan satu sama lain.

Meski cahaya matahari sudah hampir menerangi seluruh sudut kamar tersebut, akan tetapi ketiganya tidak ada yang terusik sama sekali. Entah mimpi indah apa yang sedang mereka nikmati.

Bunyi pintu di ketuk pun jelas tidak ada yang menyahuti apalagi membukakan. Seseorang yang mengetuk pintu mencoba beberapa kali lagi, tapi tetap tidak ada respon. Akhirnya orang itu membuka sedikit pintu tersebut dan melesakkan kepalanya untuk melihat ke dalam.

"Ya ampun, rupanya masih tidur. Pantas saja. Dasar, di rumahnya orang masih bisa enak-enakkan!" Gumam orang tersebut yaitu Leona. Kali ini Leona mengetuk pintunya sedikit keras hampir seperti gedoran dan ternyata berhasil membangunkan Ibu Verin.

Ibu Verin mengucek matanya dan menguap beberapa kali. Leona yang melihat ibu Verin yang sepertinya belum sadar dia mengintip, buru-buru menutup pintu itu lagi.

Ibu Verin berjalan sempoyongan menuju pintu untuk melihat siapa seseorang yang sudah membangunkannya dari tidur nyenyaknya. Leona langsung memasang senyum palsunya dan menyapa ibu Verin yang sepertinya sekarang terlihat kebingungan.

Wanita itu menatap wajah Leona lama dan melihat sekitarnya, seketika itu dia sadar bahwa ia sedang tidak ada di rumahnya sendiri. Ibu Verin kembali menatap Leona dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"He he, maaf karena telah repot-repot membuatmu membangunkan kami, Leona. Aku pikir tadi sedang berada di rumahku sendiri."

"Tidak apa-apa, kok. Anggap saja rumah kalian sendiri. Aku hanya mau mengajak kalian sarapan bersama. Aku sudah memasak banyak hidangan seafood yang tentu saja enak."

"Kamu memasak juga untuk kami? Haduh, kami sudah banyak merepotkanmu. Tapi bekal kami kemarin masih ada-"

"Kemarin? Bukankah jelas sudah basi?"

"Eh? O-oh, iya ya. Aku lupa, hehe~"

"Hm, sekarang bangunkan anak dan suamimu. Aku tunggu di meja makan."

"I-iya, iya."

Leona pergi dari sana. Ibu Verin kembali memasuki kamar dan membangunkan suaminya terlebih dahulu dengan menggoyangkan bahunya. Suaminya merespon dengan lenguhan kecil dan akhirnya terbangun. Ayah Davin duduk di ranjang dan mengucek matanya.

"Mandi lah dulu dengan air hangat. Leona tadi ke sini mau kita untuk bergabung sarapan bersamanya."

"Kamu tadi ikut membantu? Tumben."

"Kok tumben, sih?"

"Sekarang hari minggu. Kebiasaan kamu kalau hari minggu pasti bangunnya siang dan ujung-ujungnya lupa masak untuk sarapan."

"Ish, kamu ini terlalu jujur kalau bicara. Sebenarnya aku baru bangun juga, kok. Leona tadi mengetuk pintu keras jadinya aku terbangun, terus dia bilang mau mengajak kita sarapan yang telah dia siapkan."

"Baiklah, aku mandi dulu sekarang. Angel juga kamu bangunkan?"

"Tidak. Aku bawakan makanannya saja nanti. Kakinya pasti masih sakit kalau buat berjalan."

Ayah Davin berjalan sedikit sempoyongan karena baru bangun tidur jadi nyawanya masih belum terkumpul sepenuhnya, menuju kamar mandi yang terletak di sudut kamar. Mandi air hangat di pagi hari memang menjadi kebiasaan yang paling ia sukai. Tidak peduli bahwa sekarang musim hujan atau kemarau.

Hanya sepuluh menit waktu yang di butuhkan ayah Davin untuk membersihkan tubuhnya, dan sekarang giliran ibu Verin. Ayah Davin mengambil kaos lengan pendek dan celanan selutut yang sudah tersedia di dalam lemari, tidak tahu kapan Leona menyiapkan itu semua. Mungkin punya saudara atau temannya yang sewaktu itu berkunjung ke sini.

Mystery IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang