Part 21

127 25 11
                                    

"ka-... uhuk!"

"Ups, tanganku tiba-tiba saja menusukmu dengan sendirinya. Apa itu sangat menyakitkan? Atau kau menyukainya? Jawab aku!"

"Uhuk... Uhuk.."

"BERISIK! JANGAN BATUK-BATUK TERUS! DARAHMU MUNCRAT MENGOTORI TANGAN DAN BAJUKU, SIALAN!"

Leona tanpa ampun menendang tubuh Citra yang sudah lemah mendekati sekarat karena sakit yang teramat di perutnya yang terkena tusuk dan juga darah yang ia keluarkan cukup banyak membanjiri lantai di sekitarnya.

*BUKK-BUKK-BUKK!*

"Sudah cukup, Leona! Gadis itu bisa mati nanti!" Ucap Andre menghentikan Leona yang masih dengan semangat menendang tubuh Citra.

Andre merebut pisau penuh darah dari tangan Leona dan melemparkannya jauh darinya. Dia menyuruh Angel mendekat untuk menahan Leona dari belakang. Sementara dia akan mengurus Citra yang sudah tidak sadarkan diri, atau sudah meninggal...?

Andre lalu membawa tubuh Citra yang bersimpah darah menuju markasnya. Tidak mempedulikan kemeja putihnya yang ternodai darah. Dia sungguh senang, amat senang. Hanya dengan satu malam, dua lalat dapat ia tangkap. Yang satu ini berkat istri tercintanya.

Dia memindahkan tubuh Rere ke sel penjara yang sama dengan Fajar dan menggantikan tempatnya untuk di pakai jasad Citra. Andre kembali ke tempat kejadian itu juga membawa obat penenang untuk istrinya yang seperti kesetanan itu.

"Jangan menahanku! Lepaskan aku! Aku belum puas menyiksa gadis itu!"

Leona meronta-ronta dengan kuat sampai Angel hampir kewalahan menahannya. Andre datang membawa suntikan dan menyuntikan obat penenang pada Leona. Akhirnya, Leona sudah tenang kembali.

"Aku tidak tahu makhluk apa yang baru saja merasukimu sampai mampu berbuat seperti ini. Tapi aku bangga padamu, istriku."

Andre memeluk Leona dan Leona sendiri membalas pelukan suaminya meski baju dan tangannya penuh noda darah. Angel menatap keduanya dengan pandangan yang sulit di artikan, lalu pergi dari sana.

Leona melepas pelukan suaminya itu, lalu menatap wajah suaminya yang tersirat kebahagiaan. Tangannya mengelus wajah pria itu yang menyebabkan wajah Andre juga terdapat noda darah.

"Dia sudah meninggal?"

"Sudah, barusan. Sepertinya malam ini aku lembur. Maaf tidak bisa mengikuti pesta kecil kita malam ini. tapi aku janji, tak lama lagi aku pasti akan membawamu jalan-jalan kemanapun kau mau."

"Aku tunggu janjimu itu."

"Aku pasti akan menepatinya, sayang."

Di tempat Angel saat ini. Gadis itu hanya merenung di jendela kamarnya. Bayang-bayang Citra yang dibunuh Leona tadi dan darah sebanyak itu, masih terngiang-ngiang di kepalanya. Sosok ibunya yang coba ia lupakan, kembali muncul ke permukaan.

Tak sadar air mata turun dengan sendirinya di sertai sesegukan keluar dari bibirnya. Di usianya yang masih muda seperti ini, kenapa justru sesuatu yang mengerikan selalu terjadi di hidupnya? Andai waktu itu ia dan keluarganya tidak datang ke sini, pasti semua ini tidak akan terjadi padanya.

Percuma menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Bagai istilah, nasi sudah menjadi bubur. Menghapus jejak air matanya, gadis itu memilih untuk tidur karena hari akan menjelang pagi, jadi dia akan tidur selama beberapa jam saja.

Nasib buruk sedang menimpa keempat remaja itu. Hidup mereka lenyap di tempat itu dan tanpa satu keluarga pun yang mengetahuinya. Mereka hanya mendapat rumor bahwa putra-putrinya mengalami kecelakaan kapal saat perjalanan pulang. Polisi mencoba mencari jasad-jasadnya di tempat tragedi, namun jelas hanya sia-sia.

Mystery IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang