Part 19

121 32 8
                                    

Saat sedang berkutat dengan pikirannya sendiri yang asik terus memikirkan kedua sosok tersebut, matanya menangkap sosok hitam itu benar-benar nyata. Berada tak jauh di depannya dan melesat begitu saja.

Fajar berdiri dan memasang sikap waspada. Matanya terus mengikuti pergerakan sosok hitam itu, namun ia tetap kehilangan jejak. Fajar mencoba mencari ke tempat sosok hitam tadi pergi dan lenyap.

Langkahnya semakin membawanya masuk ke kedalaman hutan yang semakin rimbun. Cahaya matahari hanya bisa menerangi sedikit di daerah sini lewat celah-celah dedaunan di atasnya. Rerumputan liar menghalangi jalannya, jadi dia harus ekstra hati-hati karena pasti banyak ular yang bersarang di sini.

Fajar kembali melihat sekitar, memastikan apakah sosok hitam itu kembali muncul atau tidak. Namun, tiba-tiba ada satu sosok yang begitu sangat ia kenali tak jauh darinya sedang berdiri membelakanginya. Tanpa basa-basi, Fajar langsung menemui sosok yang mirip Rere itu.

"RERE!"

Tidak ada tanggapan yang ia terima. Fajar menyentuh bahu sosok yang menyerupai rere tersebut dan memutar tubuhnya agar menghadap ke arahnya. Sosok itu hanya menunduk dengan rambut panjang yang menutupi wajahnya. Fajar terheran dengan sosok yang mirip Rere, temannya itu.

"Rere?" Panggilnya lagi tapi tetap tidak ada respon dari sosok di depannya ini. Kesal karena di abaikan, Fajar mencoba menyibak rambut panjang yang menghalanginya untuk melihat wajah temannnya itu.

Mematung, berkeringat dingin serta tangan dan kakinya gemetaran. Fajar berjalan mundur dengan langkah kaki gemetaran dan mata melotot seakan mau keluar dari rongganya.

"Si... Siapa k-kau?! Ka-kau bukan Rere, ka-u..."

"Pergi... Pergi... Jangan... Datang..."

Langkah mundur Fajar terhenti karena terhalang pohon yang ada di belakangnya. Sosok itu berjalan mendekatinya dengan kaki yang tidak menapak tanah alias melayang. Fajar semakin ketakutan ketika sosok itu sudah berada tepat di depannya. Menatapnya dengan mata hitam legam seluruhnya dan wajah yang penuh luka berdarah.

"Kau... Kau mau a-apa, hah!? Ja-jangan mendekat!"

"Pergi... Jangan d-datang... Pergi..."

*WUUUSSHHHH!*

Sosok itu langsung lenyap seolah terbawa angin sesaat yang tiba-tiba kencang. Fajar tak berkedip di tempatnya. Kakinya sudah sangat lemas, tapi dia masih mencoba untuk membawanya berlari meninggalkan tempat menggerikan ini.

'Hantu... Aku melihat hantu! Aku sunggu tidak percaya ini! K-kenapa hantu benar-benar nyata!? Tapi aku tidak sedang bermimpi sekarang, mungkinkah mereka memang benar-benar ada?!'

Fajar terus berlari melewati arah yang berbeda dengan arah saat ia sampai ke tempat ini tadi. Terus berlari sekuat tenaga sampai dirinya terjungkal karena kakinya tersandung sesuatu.

Fajar meringis merasakan telapak tangannya yang tertusuk duri tanaman saat menahan tubuhnya yang hampir ambruk ke depan seluruhnya. Dia berdiri dan mencabut duri yang menusuk telapak tangannya itu, lalu ia melirik penyebabnya sampai ia bisa sampai tersandung.

Lagi dan lagi dirinya dibuat terkejut setengah mati. Fajar menggosok-gosok kedua matanya dengan tangan supaya ia bisa melihat dengan jelas lagi, namun benda itu tidak berubah seperti yang ia lihat sebelumnya.

Nafasnya kembali menderu dan jantungnya tidak punya waktu untuk berdetak dengan normal. Benda yang Fajar lihat itu adalah seperti sebuah tengkorak manusia yang tertimbun tanah separuhnya.

Fajar menggosok lehernya yang kembali merinding disko dan menatap sekitarnya dengan horor. Matanya tertuju pada benda putih yang hanya atasnya saja yang nampak muncul ke permukaan tanah tak jauh darinya. Fajar mendekati benda itu dan mencoba mengeruknya dengan kayu.

Mystery IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang