Part 24

117 14 3
                                    

Mata gadis kecil itu terbuka perlahan, menengok ke kanan kirinya untuk mencari keberadaan kedua orang tuanya, namun tidak ada siapapun kecuali dirinya di kamar tersebut.

Angel duduk di ranjangnya dan matanya sudah terlihat mulai berair. Memeluk bantalnya dengan erat dan menutupi wajahnya dengan bantal tersebut dan mulai menangis.

Bunyi ketukan pintu membuat Angel mendongakkan kepalanya dan menatap pintu tersebut. Dengan kondisi kakinya yang masih sakit ketika ia mencoba berdiri, tapi gadis kecil itu tetap terus mencoba. Ia pikir itu adalah ibunya yang dari dapur untuk membuatkannya bubur.

Pintu terbuka, tapi bukan sosok ibunya yang muncul melainkan Leona. Mata gadis kecil itu terlihat kecewa. Leona yang menyadari apa yang sedang anak itu cari, langsung mencari alasan yang tepat untuk membohongi gadis itu.

Leona berjongkok di depan Angel. Leona membelai pelan rambut dan pipi Angel, lalu tersenyum. Senyuman hangat yang mengandung racun.

"Kamu sedang mencari orang tuamu, ya? Kamu tenang saja, mereka sedang menyiapkan kepulangan kalian. Nanti malam pasti mereka akan kembali, kok."

"Kamu tidak bohong, kan? Bagaimana kalau ternyata Angel di tinggal sendirian di sini? Angel takut, hikss..."

Angel kembali menangis. Leona merangkul tubuh mungil Angel kedalam dekapannya, tangannya mengelus punggung gadis kecil itu.

"Sudah, sudah. Jangan menangis, ya? Angel mau apa? Permen, coklat, atau es krim?"

"Angel tidak mau semuanya, Angel cuma mau ayah dan ibu... Hikss."

"Kan sudah kakak bilang, nanti malam mereka pasti akan kembali. Sekarang lebih baik kamu bermain di luar saja, ya? Ada banyak bunga dan kupu-kupu loh di sana, serius tidak mau ikut?"

"B-benarkah? Angel mau ikut!"

"Ha ha ha, anak pintar... Ayo!"

Leona menggendong tubuh kecil Angel dan membawanya ke luar rumah ke tempat yang tadi ia katakan. Leona menurunkan Angel saat dia sudah sampai di sebuah taman bunga yang hanya sepetak itu. Meski hanya sepetak, tetapi bunga-bunga berhasil tumbuh bewarna-warni. Banyak kupu-kupu bermotif cantik yang hinggap di tangkai bunga-bunga tersebut. Angel mengembangkan senyum manisnya.

"Cantik, kan? Ayo, bermain sana. Tangkap kupu-kupu cantik itu."

Angel berlari riang menuju ke bunga di mana kupu-kupu hitam itu hinggap. Angel berhasil mendapatkannya, dan membawanya mendekat ke Leona.

"Lihat, kak. Kupu-kupunya cantik, ya? Hihi."

"Iya, cantik."

Angel malah melepaskan kupu-kupu yang berhasil ia tangkap tadi, dan membuat heran Leona. "Kenapa kamu biarkan kupu-kupu itu pergi? Kamu tidak mau memeliharannya? Sayang banget, kupu-kupu yang tadi itu sangat cantik."

"Ibuku bilang, kita tidak boleh merenggut kebebasan makhluk hidup. Kupu-kupu itu pasti punya keluarga, kasihan kalau Angel mengurungnya. Siapa nanti yang memberi anak-anaknya makan?"

'Iya, iya. Dasar gadis cerewet! Kenapa malah kau menceramahiku, sialan!'

Leona membalas ucapan Angel tadi dengan senyum terpaksa. Dia menahan tangannya yang sudah gatal ingin mencubiti gadis kecil itu sampai menangis.

"Lanjutkan bermainmu, aku masuk ke rumah dulu. Kalau butuh apa-apa panggil aku saja, mengerti?"

"Mengerti, kakak. Angel akan jadi anak yang baik, he he."

"Bagus."

Akhirnya Leona meninggalkan Angel seorang diri bermain di luar tanpa pengawasan orang dewasa. Bagaimana dia bisa melakukan itu pada gadis kecil ini? Bagaimana kalau seekor binatang buas menyerangnya?

Mystery IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang