[Chapter 39] The Last Peak

132 11 20
                                    

  "Aku harap kau tidak melakukan hal yang sama, Aruto. "

___________________________________________

  "Sougo~ Kenapa datang ke sini? Bukannya sudah pernah menyerangmu sebelunnya? " ucap Aruto dengan seringai.

  Mungkin bagi beberapa orang yang melihat dirinya, pasti menganggap bahwa Aruto sudah sakit jiwa namun tidak untuk seorang Sougo, ia menganggap pemuda ini hanya kekurangan kasih sayang dari orang-orang sekitarnya. Walau sebenarnya, Sougo sendiri tidak tahu latar belakang hidup seorang Hiden ini. Yang ia tahu, pemuda yang ada di hadapannya sekarang hanya seorang anak dari Presdir Hiden Intelligent.

  "Aku hanya ingin melihat keadaanmu. "

  "Untuk apa? Aku kira kau sudah ketakutan dan menyumpahi aku. Rupanya jauh dari perkiraanku, ya. "

  "Hm, bisa dibilang begitu. "

  Hening, mereka hanya bertatap-tatapan. Satu dengan seringai dan yang satu dengan wajah datar sekaligus khawatir.

  Kreekk..

  Sougo berdiri, ia mendekat ke arah Aruto dan memeluknya dengan erat. Dengan perlahan menepuk pundaknya dan juga menggosok punggung lawan bicaranya itu, layaknya seorang ibu. Padahal mereka tak memiliki hubungan apa pun, selain antara si Penculik dan si Korban.

  "Pat pat pat. Sudah, aku tidak tau mau bicara apa lagi. Hanya ini yang bisa membuatku kembali dekat denganmu, " ucapnya dengan suara lembut, namun itu tetap tak digubris oleh pria muda berambut cokelat terang.

  "Maafkan aku jika memang salah. Tapi tolong, berubahlah. Jika memang ada kesempatan untuk kita berdua, aku akan menunggu. " begitulah lanjutnya dengan pelukan yang semakin erat.

  Tanpa Aruto sadari, ia sudah terdiam sambil meneteskan air matanya. Namun dirinya masih tak berani membontak pelukan pemuda itu. Rasanya sangat tulus, seperti pelukan ibunya saat ia masih sangat kecil.

  "Hiks, So-sougo... " akhirnya kata itu keluar. Sougo dengan sabar tetap mengelus punggung pemuda itu.

  Cegukan Aruto menandakan dirinya sudah pasrah dalam pemuda itu. Ya, dia seperti malaikat, makanya aku mengingatnya. Begitulah sekilas isi batin pemuda itu.

  Tokiwa melepas pelukannya, lalu ia menatap manik lawan bicaranya yang sudah berkaca-kaca.

  "Jika terus menangis, kau tak mungkin bisa mendapatkan aku. "

  "Bisa. "

  "Bagaimana caranya? "

  "Dengan begini. " Aruto mengeluarkan silet kecil dari kantong celananya, lalu tersenyum dengan manis.

  Tentu saja Tokiwa terkejut, begitu juga dengan tiga orang di balik kaca. Mereka langsung bergegas masuk ke dalam ruangan dengan cepat, namun pintunya terkunci. Mereka langsung panik.

  "Aruto, ke-kenapa? " ucapnya sambil berjalan mundur. Maniknya juga tak berani menatap pemuda itu.

  Sukk..

  Silet itu sudah menusuk ke dada pemuda itu. Dengan senyuman sadis, ia menusuk dua kali dada pemuda itu dengan silet tersebut. Sougo tak bisa berkata apa-apa, dirinya langsung terkejut ketika ia ditusuk.

  Braakk!!

  "SOUGO!!! " Geiz yang sudah menobrak pintu itu langsung berlari dan mendorong tubuh Hiden untuk menjauh.

  "Sialan! " Myokoin langsung memojokkan dan mencekek leher pemuda itu dengan amarah yang membara. "Dasar tidak tau diri! Sougo sudah berniat untuk menjengukmu, tapi kau malah berniat membunuhnya!! "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANOTHER SECRET: A Very Torturous Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang