[Chapter 25] New Couple

112 19 2
                                    

  "Mereka berdua akrab ya. Padahal baru beberapa bulan. "

____________________________________

  Tepat seperti perjanjian. Hari ini adalah hari terakhir Sougo pergi ke sekolah. Hari ini ia berangkat satu jam lebih awal dari murid yang lain. Tentu saja, dia tetap pergi ke sekolah dengan wajah yang masam. Tanpa senyuman sama sekali.

  "Itu anak kelas dua belas yang suka kerasukan, ya? "

  "Jangan dekat-dekat, nanti katanya bakal ikut kerasukan. "

  "Apakah dia sebenarnya kena kutukan? "

  "Katanya sih, dia kena teror belakangan ini. "

  Begitulah bisikan-bisikan yang sering terdengar ditelinga pemuda ini. Sungguh kejam sekali yang mengganggunya ini. Ini sudah keterlaluan. Apa kali ini Tuhan tidak berpihak pada seorang Tokiwa?

  Pintu kelas pun digeser, tidak ada pandangan yang beralih ke Sougo.

  Kreek..

  Ia pun duduk di atas kursinya dan mulai membaca buku—sebagai kesibukannya—dan membiarkan orang-orang datang ke kelas. Ia tahu, toh nanti terakhirnya mereka juga menggosip lagi.

  Tidak lama setelah itu, Geiz masuk sendirian sambil menenteng tas miliknya diatas punggungnya. Ia berjalan seolah-olah semuanya tenang, padahal kebenarannya adalah sebaiknya.

  Ia menarik kursinya yang berada jauh diantara Tokiwa, kemudian meletakkan tasnya. Ia tidak langsung duduk, tapi malah jalan menuju pintu dan keluar tanpa menghiraukan pemuda bersurai cokelat itu.

  "Apa aku terlalu menekannya? " ujar Sougo sambil memandang pintu yang tadi dilalui orang yang pernah ia sukai dulu.

  Tanpa ia sadari, air matanya telah jatuh menimpa buku yang berada di dekatnya. "Ma-maafkan aku.. "

***

  Geiz berjalan sendirian dengan suara kicauan burung yang berada di sana. Entah kenapa dirinya merasa sangat bersalah. Padahal ia hanya cuek saja selama dua minggu ini.

  Ia pun mengambil tempat duduk, dan berpikir sejenak.

  "Maafkan aku Sougo, aku.. aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi! " teriaknya sambil meletakkan kepalanya diatas meja dengan air mata yang terus mengalir.

  "Maaf Sougo. Kukira dengan begini, masalah bisa selesai. "

  "Yang kulakukan hanya bisa diam, dan melihatmu menderita. "

  "Maaf Sougo! Maaf! "

  Geiz terus-terusan berkata-kata di tempat ia duduk. Memang, ia akui dirinya lemah karena tidak bisa melindungi orang kesayangannya.

  Tidak bisa dipungkiri lagi, Sougo adalah orang yang bisa membuat ia tersenyum selain keluarganya. Pemuda polos itu, sangat berarti baginya. Seandainya, jika pemuda itu tidak ada bersamanya, mungkin dia akan tetap menjadi pribadi yang dingin.

  Kepalanya mulai dinaikkan, air mata pun mulai dihapus, ia pun berdiri meninggalkan tempat duduk tadi dan berlari dengan cepat menuju kelas. Sedangkan disisi Sougo, pemuda itu hanya bisa terdiam sambil memegang buku hariannya. Buku yang hampir semuanya berisi kegiatan dirinya dengan Geiz dulu.

ANOTHER SECRET: A Very Torturous Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang