[Chapter 23] Perfect!

89 24 12
                                    

  "Semangat Geiz. Kamu pasti bisa, mah. "

____________________________________

  Duukk!!

  Suara keras dari tangan Geiz yang menyentuh dinding membuat mental seorang Tokiwa hampir goyah. Ditambah lagi dengan wajah seram pemuda itu.

  "Kenapa menghindar!? "

  "Apa peduli mu? "

  "Apa? Huh. " dengkusan kesal keluar dari mulut Geiz. Seolah-olah dirinya seperti sedang dipermainkan, lalu dicampakan seenak jidat saja.

  "Bukan kah, kita sudah putus? Untuk apa kau membawa ku kesini? "

  "Sougo— Ah. Dengarkan ini. Aku sudah muak, selama ini aku mencari kau. Sampai-sampai aku mau begadang. Sekarang, kau bertindak seolah kau tak mengenal ku. Apa kau tak waras? "

  "Huh. " kini Sougo yang mendengkus, dengan senyuman tidak senang diwajahnya. "Itu salah mu. Kita sudah memutuskan hubungan, tapi kenapa kau malah sibuk mencari aku. Kau yang tak waras. "

  Apa!?

  Geiz terdiam. Tidak ada kata yang ingin keluar lagi dari mulutnya. Hatinya sekarang, terasa lebih sakit. Tertusuk lebih dalam. Hanya karena kata-kata pemuda yang ada di depannya itu.

  "Myokoin Geiz.. "

  Sekarang manik Geiz kembali menatap manik lawan bicaranya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

  "..menjauhlah dariku. "

  Sougo bergegas untuk pergi. Ia memperbaiki kacamatanya, lalu ia pergi berjalan menuju area perpustakaan yang terang. Meninggalkan pemuda itu sendirian di sana. Wajahnya terlihat sangat, sangat tidak peduli dengannya.

  Seolah ia benar-benar mencampakkannya.

  Kanon yang baru saja melihat Sougo pergi menuju pintu keluar langsung menghentikan kegiatannya dan bergugam, "Sougo. "

Geiz. Dia hanya bisa terdiam. Lagi-lagi terdiam. Diam dengan air matanya yang jatuh. Seandainya saja dia menjaganya dengan sekuat tenaga. Pasti, pasti dia tidak akan begitu.

  Tapi, memang waktu tidak bisa diputar lagi. Kali ini dia sudah terjatuh lebih dalam ke jurang, karena dorongan keras dari pemuda berkacamata itu.

  "Sougo. Apa benar kita begini saja terus? " ucap Geiz sambil memaksakan senyuman di atas wajahnya. "Sial. Aku menangis. "

  Ia pun mengelap air matanya dengan tangannya. Lalu kemudian bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Ia menggelengkan kepalanya, dan berusaha menarik oksigen sebanyak-banyaknya supanya ia bisa berpikir positif.

  "Baiklah. "

  Ia pun memberanikan diri untuk berjalan keluar dari pojokan itu. Tapi, tiba-tiba ada suara yang membuatnya berhenti berjalan seketika.

  "Geiz? "

  Maniknya menoleh ke segalah arah, mencari asal suara yang membuatnya penasaran. "Siapa kau? "

  "Dasar. Masa tidak kenal dengan aku. Jangan bercanda. "

  "A-kun. "

  "Yaps. Benar. Kau masih mempertahankan rasa mu pada seorang, Tokiwa? "

  "Apa urusan mu!? "

  "Hanya bertanya. Jangan terlalu serius. Bawa santai saja. "

  "Bagaimana bisa aku santai kalau kau ... masih hidup. "

ANOTHER SECRET: A Very Torturous Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang