[Chapter 24] Ramen

76 19 4
                                    

"Ah, yasudalah. "

____________________________________

Lagi-lagi berjalan sendirian dengan sunyi dan kegelapan menyertai dirinya. Ya, Tokiwa Sougo. Pemuda pemurung sejak masuk ke sekolah lagi.

Ia tidak menemani siapa pun sejak kembali masuk sekolah. Jika pun ia punya, ia tidak terlalu dekat, malah mulai sedikit menjauh. Ia mulai menganggap itu adalah masalah jika ia mendekati orang dan mulai berinteraksi dekat.

Itu masalah, nyawanya sangat terancam.

Kreekk..

Pintu kelas pun dibuka dengan badan yang sedikit dicondongkan. Ia sedikit menutupi wajahnya dari keramaian kelas. Ia mulai duduk, lalu mengalihkan pandanganya menuju jendela keluar.

Tiba-tiba hujan pun menghampiri. Wajahnya sedikit basah terkena percikan air dari jendela. Tentu saja ia menglap wajahnya dengan pakaiannya. Dan mulai membuka buku, membacanya.

"Minum lah, ini bisa menghangatkan mu. " Aruto terlihat mengulurkan tangannya dan memberikan susu hangat. Susu hangat dari botol minumnya. "Ayo, tidak apa-apa. "

"Tidak, untuk mu saja. Aku tidak ma-"

"Minum saja, enak lho. Belakangan ini kan lagi hujan. " ucap Aruto yang langsung memasukkan sedotan ke mulut lawan bicaranya.

Sougo tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya diam menikmati minuman yang masuk ke dalam bibir nya.

"Sougo. Nanti ada waktu gak? Pas udah pulang. " ucap Aruto sambil tersenyum. Sougo agak ragu ketika ingin memberikan jawaban. "Bisa? "

"Kurasa tidak. Aku sibuk. "

"Serius kamu sibuk? Ku kira kamu punya waktu senggang. Fyuh. Padahal ada sesuatu yang ingin ku berikan. "

Tokiwa tidak berkutik sama sekali. Dia hanya tetap fokus menjadi pendengar yang baik di hadapan si Anak Presiden. Dan tentu, sambil menikmati susunya.

Aruto langsung tersenyum lagi ketika melihat pemuda yang ada di hadapannya itu. "Hahah, kamu memang cocok jadi si Kacamata kayanya. Sudalah pendiam, pintar lagi. Hahah. "

Lagi-lagi pemuda berambut cokelat itu tidak mengerti apa yang dikatakan laean bicaranya. Dia tetap tenang, menjadi pendengar yang baik adalah hobinya belakangan ini.

"Mungkin nanti aku akan menyempatkan waktu, Hiden-san. " kata Sougo. Ia membuka suaranya sedikit untuk memberi jawaban yang singkat. Tidak mungkin A-kun mengawasi ku setiap saat, bukan?

"Benarkah? Bagus kalau begitu! "

***

Hari masih sama, tetap hujan. Murid-murid sekolah berlarian pulang, berusaha untuk menghindari rintikan air.

Beda lagi dengan Hiryu, pemuda yang sekarang memakai jaket kainnya yang bewarnah merah gelap di tubuhnya. Ia duduk tenang di gazebo, dekat taman.

Terlihat ia sedang sibuk dengan buku dan pena yang ada di tangannya. Entah apa yang ia tulis, namun jika dilihat dari raut wajahnya, ia sangat serius.

ANOTHER SECRET: A Very Torturous Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang