Episode 35

1 1 0
                                    

"Uh!" Diana terdiam sejenak saat tamparan itu melesat di pipinya.

Mereka terdiam sejenak. Diana menitikkan air matanya. Robert selangkah lebih maju di depannya.

"Kamu, jika ingin bermain-main denganku! Katakan saja! Aku akan lebih baik menjadi seorang pemain nantinya!" kata Robert.

Diana menangis sejadi-jadinya. Sungguh kejam perlakuan Robert terhadap dirinya.

"Aku takkan pernah memberikan dirimu ijin untuk pergi selangkah pun dari rumah ini! Jika aku melihatnya atau yang lain melihatnya, mati kau!" Robert pergi meninggalkan dirinya.

"Cameron!" bisik Diana lirih.

Beberapa hari kemudian, telah berlalu. Kini, Diana benar-benar depresi. Ia benar-benar tidak bisa bertemu Cameron lagi.

Ia begitu merindukan Cameron. Begitu juga Cameron. Entah dimana ia berada kini, ia selalu memikirkan Diana, gadis yang ia cintai.

Sementara itu, kasus yang menyeret Cameron membuat dirinya harus mengikuti serangkaian kegiatan yang menyangkut masalah tersebut.

Cameron benar-benar terpuruk kala itu. Ia tidak bisa melakukan apapun. Paman Sam dan John juga tidak bisa melakukan apa-apa.

Mereka harus bisa menerima kenyataan. Antara kebenaran dan kebohongan yang tengah terjadi, Cameron melaluinya dengan penuh ketegaran.

Setiap harinya, Diana menangis dan tidak pernah keluar kamarnya sama sekali. Saat sebuah rapat dan pertemuan tengah berlangsung, Diana tidak ada di sana.

Sosok gadis pujaan hati Robert lah yang menemani di setiap rapatnya. Ya, suatu hati dimana sebuah surat melayang ke hadapannya.

Terlihat secarik kertas berwarna coklat dengan permukaannya yang sedikit kasar. Diana menggenggam surat itu kuat-kuat dan menyembunyikannya dari Robert.

Tangannya sibuk membuka lem perekat yang menyatukan sebuah amplop. Perlahan, ia mengeluarkannya dan membaca.

My Lady• ~The End~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang