Lima-Mom & Dad

125 17 1
                                    

Slamat membaca ><

_
-------------

Monica memainkan jari-jarinya gugup, bagaimana tidak? Saat ini di depannya ada  keluarganya—keluarga Monica yang asli.

Sharon menatap putrinya dengan penuh kerinduan, “kau tak ingin memeluk Mommy sayang?” semenjak Monica menikah ia sangat jarang sekali bertemu dengan putrinya itu, alasannya hanya satu yaitu Aidyn.

Entah karena pria itu terlalu menyayangi Monica atau hal lain, dia sangat tidak memperbolehkan keluarganya bertemu dengan Monica.

Monica menatap kearah Sharon, ini pertama kalinya ia bertemu dengan orang lain selain Aidyn dan dokter Frank. Melihat binar kerinduan pada matanya, Monica menghampiri Sharon, ia memeluknya kaku yang dibalas pelukan erat oleh Sharon.

Halbert yang sedari tadi diam ia ikut memeluk Monica, keluarga kecil itu saling memeluk dan menyalurkan rindunya dalam diam. Monica yang sedari tadi canggung, hatinya menghangat ketika dua orang itu memeluknya erat seakan takut Monica akan meninggalkan mereka.

Mereka bertiga memasuki rumah yang tidak bisa disebut rumah, mungkin ini bisa dibilang sebuah mansion besar.

Dalam hati Sharon mengucap syukur karena putrinya bahagia disini, ia akui ia tidak bisa memberikan apa yang Aidyn berikan kepada Monica karena ekonomi mereka yang tidak baik. Ia masih ingat ketika dirinya dan suaminya didatangi orang-orang berjas hitam karena hutangnya yang sudah banyak, Aidyn datang dan membantu mereka melunasinya.

Sebagai balas budinya, mereka menikahkan Monica dengan Aidyn. Meskipun pada awalnya Monica menolak mentah-mentah dan ia menjadi sangat nakal, itu tidak bisa merubah keputusan mereka. Lambat laun, Monica bisa menerimanya, yang Sharon lihat juga Monica sepertinya sudah jatuh cinta kepada Aidyn.

“Kemana suamimu, sayang?”

Monica menggigit bibir bawahnya bingung, Aidyn sedang berada di kamarnya. Sepertinya pria itu sedang bekerja kembali, mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, membuat wajahnya merah kembali.

Aku malu! Malu! Malu! Ohh.. dewa, bantu aku

“Bisakah kau panggilkan dia untuk kami?” Tanya Halbert, ia memandang putrinya teduh.

Monica menggangguk pelan karena sedikit ragu, beranikah dirinya menemui pria dingin itu setelah dirinya melakukan hal yang memalukan?

Dengan langkah kecil, ia menaiki anak tangga satu persatu. Saat ini, ia sudah berada di depan pintu bercat hitam itu. Tangannya mengepal erat, karena takut dan malu. Setelah menghirup napas dalam-dalam dan memberanikan dirinya, ia mengetuk pintu itu pelan.

“Masuk”

Cklek!

Monica menggigit bibirnya takut, ia menghampiri Aidyn yang sedang berkutat dengan laptopnya. Ya, setelah menimang-nimang daripada ia mati penasaran, ia bertanya banyak hal tentang benda dan alat-alat di dunia ini. Seperti kendaraan yang ia naiki waktu itu adalah sebuah mobil, itu tidak mengandung sihir namun memakai listrik dan bahan bakar.

Meskipun awalnya Monica tidak mengerti, tapi Aidyn menjelaskannya dengan sangat rinci dan sabar. Bahkan pria itu bingung, apakah amnesia bisa membuat seseorang melupakan semua benda? Yang ia tahu hanya sebuah ingatan tentang jati diri seseorang, mungkin amnesia yang dialami Monica saat ini terbilang cukup parah.

“Ada apa?” Tanya Aidyn, ia mengulurkan tangannya menunggu Monica memberikan buku catatannya. Dengan cepat, Monica memberikan buku itu dan kembali diam.

“Oh, Mereka datang? Apa yang akan aku dapatkan jika aku menemui mereka?”

Monica mengernyit heran, lantas ia merebut bukunya dan menuliskan sesuatu.

Xiu Juan TransmigrationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang