Tiga-Ardolph Beldiq Aidyn

176 20 1
                                    

Monica memalingkan wajahnya, entah mengapa hatinya mendadak sakit ketika tahu pria di hadapannya ini adalah suaminya--suami Monica yang asli. Ia tidak tahu mengapa, perasaan ia baru pertama mengenalinya mengapa ada rasa sakit? Apakah ini sebagian perasaan Monica yang asli?

Aidyn bergeming sesaat untuk pertama kalinya, istri kecilnya itu memalingkan wajahnya dari tatapannya. Dan tatapan apa barusan? Matanya menyiratkan perasaan sedih dan kecewa?

"Kau tahu? Kau bisu sementara" Aidyn membuka topik pembicaraan, ia lantas duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang Monica.

Monica merasa udaranya berhenti sesaat, setelah itu cairan bening keluar dari matanya tanpa Aidyn tahu. Karena gadis itu sedang memunggunginya saat ini, "aku bisu? Tapi mengapa bisa?"

"Racun yang kau minum itu berdosis tinggi, bersyukurlah dirimu masih hidup." Andaikan Monica tidak amnesia, mungkin saat ini ia akan berjingkrak senang karena mendengar Aidyn yang berbicara sangat panjang saat ini. Karena jujur saja, ia tidak pernah berbicara kepadanya melebihi lima kata.

Monica masih menangis dalam diam, "apanya yang bahagia? Ini semakin sengsara. Suami yang sangat dingin, terus aku bisu! Aku lebih baik mati daripada menderita lagi.. atau mungkin balik lagi ke zamanku?"

"Dan satu lagi, kau mengalami hilang ingatan."

"Ini takdir apalagi dewa?!"

Monica berhenti menangis, ia segera mengusap air matanya dan menghadap ke arah Aidyn. Banyak hal yang ingin ia tanyakan dan katakan, tapi ia tak bisa, karena tak ada suara apapun yang keluar. Yang ia bisa hanya membuka mulutnya saja, kemudian ia tersenyum miris.

Melihat Monica yang tersenyum miris dengan mata yang teduh membuat hatinya sedikit merasakan sesak, ia tidak mengerti perasaan apa itu. Karena selama tiga bulan dirinya menikahi gadis itu, Aidyn tidak pernah memperhatikannya. Yang ia tahu, gadis itu adalah gadis yang selalu membuatnya geram karena sikapnya yang keras kepala, suka melanggar dan tidak mau diatur. Ia tidak tahu bahwa gadis itu bisa selemah ini.

Aidyn tidak tahu bahwasanya, Monica yang asli melakukan itu semata-mata ingin diperhatikan oleh dirinya. Namun naas, Aidyn tidak pernah peka, sehingga dirinya malah menjauhi Monica dan membencinya karena satu hal.

Aidyn membuang pandangannya ke arah lain, ia tidak boleh luluh dengan pandangan sayu dan teduh dari gadis itu. Ia aneh, kemana perginya binar keceriaan dimatanya sekarang? Kali ini gadis itu terlihat lebih lemah dan sangat rapuh, ia seperti banyak masalah. Rasanya Aidyn ingin sekali memeluk dan menjaganya, tapi sesegera mungkin ia menepis jauh-jauh pikirannya itu.

"Sialan! Apa yang kau pikirkan Aidyn!"

Aidyn mengacak rambutnya frustasi, ia segera menghampiri Monica. Tatapannya menyiratkan kebencian yang mendalam, namun sedetik kemudian tatapan itu bergetar. "Aku keluar, kau pasti lapar."

Monica hanya mengangguk pelan sambil menunduk takut, ia sudah biasa ditatap tajam oleh seseorang jadi itu bukanlah suatu masalah. Aidyn kembali melangkahkan kakinya keluar ruangan, dalam pikirannya banyak sekali pertanyaan. Apakah Monica akan kembali mengingat atau secara permanen hilang ingatannya?

Jika Monica hilang ingatan secara permanen, itu akan membuat usahanya sia-sia saja selama ini. Karena dengan begitu, Monica akan melupakan semua usahanya yang selalu bersikap kasar kepada Monica. Bukan tanpa alasan, Aidyn memang sangat suka menyiksa Monica. Tapi saat melihat Monica berusaha bunuh diri itu membuatnya kesal, seharusnya Monica mati dengan tangannya sendiri bukan karena bunuh diri. Maka dari itu, ia menyelamatkan gadis itu.

"Ia tidak boleh mati sebelum aku yang membunuhnya, ya benar." Aidyn tersenyum miring, kaca mata hitamnya ia pasang menutupi mata yang bernetra hitam pekat itu.

Xiu Juan TransmigrationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang