Sembilan belas-dua rasa

59 6 0
                                    

Monica menatap nyalang Aidyn yang sedang berdiri di depan dengan wajah datarnya. Sambil mengerutkan dahi karena kesal, Monica meninju perut Aidyn agar menyingkir.

"Apa yang sedang kau lakukan?!"

Aidyn masih terdiam, ia menatap intens mata biru jernih milik Monica. Merasa di perhatikan sangat intens, Monica memalingkan wajahnya. Ia beranjak dari duduknya, "selain tidak sopan ternyata kau tuli juga."

Ketika Monica akan melangkahkan kakinya, tangan Aidyn bergerak dan menahan pundaknya membuat kerutan di wajah Monica semakin dalam.

"Apa yang kau inginkan Ardolph?!"

"Bagaimana cara mengajaknya untuk makan siang nanti?"

"ARDOLPH! Apa yang kau inginkan?!"

"Kau"

Monica mengerjapkan matanya beberapa kali, pipinya terasa terbakar namun matanya menyalang galak.

"Kau tidak jelas sekali, membuang waktuku saja.."

"Aku ingin kau.." Aidyn meneguk salivanya sulit. "Mengapa untuk mengucapkannya saja sangat sulit"

"Jawab dengan benar Ardolph! Sudahlah, aku akan pergi ke dapur, aku lapar!" Monica menghempaskan tangan Aidyn yang berada di pundaknya, lalu menepuk-nepuk layaknya terkena kotoran.

Aidyn menatapnya tak suka, tapi kemudian ia menghembuskan napasnya pelan.

"Kau.. lapar? Bukankah tadi pagi kau sudah makan.. sebagai seorang gadis, ternyata nafsu makanmu besar."

"Ya. Dan apakah itu masalah untukmu? Kau pelit sekali, kau takut makananmu habis olehku dan kau menjadi bangkrut begitu? Tenang boy.. next time jika aku bekerja dan mendapatkan pekerjaan bagus, aku akan mengganti semuanya."

Mendengar kata bekerja membuat Aidyn menatapnya tajam, "Apa katamu? Bekerja? Pekerjaan apa yang akan dilakukan gadis bodoh sepertimu?"

Setelah mengatakan itu, suasana menjadi sangat hening. Monica menahan sesak di  dadanya, ia menatap dingin Aidyn. "Hidup denganmu adalah pekerjaan terbodohku Ardolph. Maka dari itu.. gadis bodoh ini secepatnya akan mengundurkan diri."

Monica kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Aidyn yang berdiam mematung.

"Apa yang kau lakukan sialan?! Bukankah kau ingin mengajaknya makan siang, lalu mengapa kau malah membuatnya marah!"

Aidyn menggeram pelan, kemudian ia mengeluarkan handphone nya dan menelepon seseorang.

"Beritahu aku, bagaimana cara mengatasi wanita yang sedang marah!"

"Pft.. HAHAHAH BRO? Apa telingaku tidak bermasalah?"

"Alex!!! Cepat beritahu atau waktu bernapasmu hanya lima menit dari sekarang."

"Ugh! Kau sangat sensitif Aidyn.. tenanglah dulu brother, apa nona Monica sedang marah padamu?"

"Hm.. sepertinya begitu"

"Aku kasihan pada kesehatan mental nona Monica, semoga saja dia tidak depresi hidup denganmu.."

"Tutup mulut jahanammu itu Alex, atau aku benar-benar akan membunuhmu sekarang."

"HAHAHA, sorry bro, aku hanya bercanda.."

Aidyn menghempaskan tubuhnya di sofa, "jadi bagaimana?!"

"Setahuku.. jika seorang wanita, ehm maksudku gadis. Bukankah nona Monica masih gadis?"

"Alex.." geramnya karena kesal

Xiu Juan TransmigrationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang