Dua Belas-nasi goreng

74 11 2
                                    

Monica menuruni tangga, ia berencana memasak sesuatu, mengingat di kerajaannya dulu ia sering dijadikan pelayan. Sialnya, dari semalam ia menahan lapar, jika ia turun ia takut bertemu dengannya, maka dari itu ia hanya bisa menahannya. Itu juga bukan perkara yang sulit, mengingat kembali dulu dia bahkan pernah tidak makan selama tiga hari karena hukuman dari Qui-nai yang menyebalkan itu.

Ternyata hidupnya yang menyedihkan dulu sangat bermanfaat untuk sekarang, ya, meskipun sama-sama menyedihkan.

Saat Monica sedang asik-asiknya menggoreng, Jake sudah siap dengan pakaian lengkapnya. Ia mencium wangi masakan yang membuat perutnya keroncongan, karena penasaran siapa yang memasak lantas ia menuruni tangga. Matanya melirik ke arah Monica yang sedang anteng memasak, tangan kirinya ia simpan di pinggang sedangkan tangan kanannya sibuk mengocek-ocek masakan.

Keringat di wajahnya tak mengurangi sepersen pun kecantikan dari wajah Monica, malah dia terlihat sangat cantik dengan penampilan yang disebut kurang baik. Karena rambut yang acak-acakan tidak di sisir, hanya di ikat asal dan memakai piyama panjang bergambar doraemon.

Karena merasa seperti ada yang memperhatikan, Monica menoleh cepat ke arah Jake yang langsung menegang karena ketahuan mengintip. Ia kira Aidyn yang berdiri disana, namun sosok lain dengan wajah yang sebelas dua belas tampan seperti Aidyn.

"Siapa kau?! Apa kau pencuri? Apa pencuri zaman sekarang sangat tampan?" Tanya Monica beruntun dan mematikan kompornya.

Jake yang mendengarnya sedikit kesal karena di kira pencuri, namun tak ayal wajahnya memerah karena secara tak langsung nonanya itu menyebut dia 'tampan'.

"Ma--maaf ketidak sopanan saya nona, perkenalkan saya Jake saya tangan kanan Tuan Aidyn." Jake sedikit membungkuk hormat ke arah Monica.

"Manis sekali, oh iya sejak kapan kau disana?" Monica memindahkan nasi goreng yang barusan ia masak itu ke piring beserta air putih, lalu membawanya ke meja makan.

Jake belingsatan, ia malu jika mengakui dirinya mengintip sedari tadi. Jake berdeham pelan," baru saja nona. Maaf bila saya lancang."

Monica tersenyum manis, "tak apa.. em, apa kau menginap disini?" Jake mengangguk, ia masih setia berdiri dari jarak 5 meter dengan Monica. Wajahnya datar tapi merah dipipinya terlihat jelas, karena melihat senyuman manis Monica.

"Apa kau sudah sarapan?" Jake menggeleng pelan, ia masih menatap ke arah Monica yang sedang sibuk memasukkan makanannya ke dalam mulut.

"Kalo begitu makanlah, aku membuat nasi goreng banyak. Karena aku sangat kelaparan, aku kira akan bisa menghabiskan semuanya namun ternyata aku sudah kenyang."

Jake terkejut namun langsung merubah kembali wajahnya menjadi datar, ini memang pertemuan pertamanya dengan Monica tapi ia tahu banyak tentang nonanya itu. Siapa yang tidak kenal dengan Monica Ametta Quella, atau yang sering di panggil nyonya Aidyn.

Perempuan yang terkenal dengan sikap egois, keras kepala dan sombong. Entah perempuan itu tahu atau tidak, orang-orang mengenalnya secara tidak langsung, entah bagaimana bisa sehingga banyak koran dan majalah-majalah yang terkadang menggosipkannya karena hal buruk, atau hal baiknya karena paras yang ia miliki itu sangat cantik.

Jake tahu, Monica lebih suka berdiam diri di mansion dan melakukan kegiatan yang membuat Aidyn marah. Jadi kemungkinan besar, nonanya itu tidak mengetahui apa yang terjadi di luar sana.

Namun apa ini? Apa karena efek bangun tidur, sehingga wanita itu menawarkan makanan padanya? Lalu sejak kapan wanita itu bisa memasak dan mau turun tangan ke dapur. Jangan heran, Jake adalah sahabat terdekat Aidyn. Ia tahu keseharian sahabatnya itu, pria itu bahkan sudah lama tidak merasakan masakan rumah. Karena Monica yang tidak bisa memasak dan bodohnya Aidyn yang tidak ingin memiliki pelayan di mansion besarnya.

Jika Jake mempertanyakan hal itu, dengan santai Aidyn menjawab 'suatu bentuk hukuman untuk gadis pembangkang itu'. Ya, dengan begitu Monica sendiri yang membersihkan mansion besar ini, sungguh suami-istri yang durhaka. Yang satu tak segan-segan memberi hukuman, yang satu lagi tak tahu diri suka melawan.

Jake menghela pelan, ia berharap jodohnya adalah orang yang baik dan penurut. Ia tipe laki-laki yang berpikir dua kali untuk menyakiti wanita, hm, sungguh idaman sekali.

Monica yang melihat Jake hanya diam si tempat dengan pandangan kosong mengerutkan dahinya, ia menerka-nerka apa yang sedang Jake pikirkan. Apa Jake berpikir ia akan meracuninya? Atau hal lainnya, seperti ia meragukan rasa dari masakannya?

"Ck, kenapa tidak tanyakan saja langsung!" Pikirnya bodoh dan menepuk jidatnya keras. Sungguh, jika ada seseorang yang menjual otak manusia dengan IQ diatas rata-rata Monica akan membelinya. Tak peduli Aidyn akan bangkrut atau apa, yang penting dirinya menjadi pintar.

"Jake, kenapa kau masih diam?"

Pria itu langsung tersadar saat mendengar suara Monica, ia berdeham menghilangkan rasa canggungnya. "Tidak usah nona, saya tidak terbiasa sarapan. Terima kasih atas tawarannya," bohongnya. Padahal perutnya sudah meronta-ronta untuk diisi, apalagi melihat nasi goreng yang menggugah selera itu.

"Kenapa sampai jarang sarapan seperti itu? Apa Ardolph yang membuatmu kerja terlalu keras, sehingga tak ada waktu untuk sarapan?"

Jika iya, maka Monica.. tidak akan melakukan apa-apa. Kalian pikir ia akan memarahi Aidyn? Tentu saja tidak, ia tidak seberani itu mengingat dirinya sangat penakut dan cengeng. Namun, ucapannya barusan keluar begitu saja secara tidak sadar.

Jake menahan napasnya, bisa bahaya jika Aidyn yang mendengarnya. Nanti pria itu akan berpikiran jika dirinya mengadu pada Monica, ya meskipun mustahil pria itu takut dengan Monica. Tapi itu akan merusak image Jake!

"T--tidak! Bukan seperti itu, namun memang sudah kebiasaan.. maafkan saya nona," tolak Jake halus. Ia juga tidak enak pada tuannya, jika ia makan berdua dengan nonanya. Sedangkan suaminya itu masih tidur pulas.

Dilihatnya Monica memandangnya sendu, mata biru jernih itu berkaca-kaca. Apa ucapan Jake menyakitinya? Oh ya tuhan, jangan sampai Aidyn melihatnya. Bisa-bisa lehernya di tebas oleh pria itu.

"N--nona! Nona kenapa me--nangis? Apa ucapan saya menyakiti nona? Sa--saya minta maaf!" Jake menghampiri Monica, kini jarak mereka hanya terpisahkan oleh meja makan yang besar itu.

Monica mengusap air matanya yang siap meluncur, "kau menyebalkan Jake. Aku tulus menawarkan makanan padamu, karena aku kasihan melihat tubuhmu yang kurus itu. Namun kau malah menolaknya, apa kau takut masakanku tidak enak?"

Jake tertohok mendengar bahwa tubuhnya kurus, demi tuhan, rasanya ia ingin menampar mulutnya yang sudah menolak tadi. Bagaimana bisa Monica berpikiran seperti itu?

"T--tidak! Bukan seperti itu, namun.. saya--"

"Ah sudahlah! Aku tahu makananku pasti tidak menggugah selera makanmu, aku akan membuangnya saja nanti."

"Jangan! I--itu, saya cuma.. tidak enak saja nona. Karena tuan Aidyn juga belum sarapan," jujurnya dan sedikit menunduk. Monica terhenyak, memang istri durhaka ia ini.

"A--aku lupa! Maafkan aku Jake, aku tidak berpikiran kesana.."

"Tidak nona. Nona, tidak pantas mengucapkan itu karena saya yang bersalah disini."

"Tapi aku merasa tidak enak, te--terus.. apa Ardolph sudah bangun?" Jake melirik ke arah jam tangannya, "harusnya ia sudah bang--"

"Ekhem!"

Keduanya terlonjak kaget mendengar dehaman keras di belakang mereka. Manik Monica membesar dan bergetar takut, sedangkan Jake menelan ludahnya kasar.

"Apakah kalian sudah selesai dengan drama paginya?"

Monica menunduk takut, dalam hati ia merutuki dirinya yang tidak berani menatap ke arah Aidyn.

Aidyn melangkah maju mendekati ke arah mereka, tatapan elangnya mengintimidasi seakan siap mengoyak tubuh mereka.

"Jake.."

"I--iya tuan?"

"Ambilkan aku makanan itu dan kau kucing bodoh! Duduklah kembali."

"Ha?!" Pekik Jake dan Monica bersamaan, mata mereka saling menatap tak percaya, takut pendengarannya mereka bermasalah.

●●●●●●

Jangan lupa Voment
Terima kasih♡

Xiu Juan TransmigrationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang