Dua Puluh Empat- Hukuman

78 7 0
                                    

"Eungh.. leherku rasanya pegal sekali"

Matanya memandang ke sekeliling dan langsung terbelalak.

"Oh sial.. aku kembali di mansionnya."

"Bagaimana, tidurmu nyenyak princess?"

Monica menoleh ke arah kanan, dimana Aidyn duduk dengan matanya yang menghunus tajam ke arahnya. Monica merasa tangannya kebas, saat ia mengangkatnya betapa terkejutnya ia karena melihat tangan dan kakinya dirantai.

"Apa maksudmu brengsek?! Lepaskan tangan dan kakiku!"

"Aku? melepaskannya? Lalu apa yang aku dapat? Kau melarikan diri lagi, huh?"

Monica membuang wajahnya ke sebelah kiri, sungguh ia merasa sangat marah. Suaminya sendiri merantai dirinya?

Aidyn melangkah mendekati Monica, ia menarik rambut Monica kasar membuat pemiliknya menjerit sakit.

"Kenapa. Kau. Berani. Melarikan. Diri?!"

Monica diam membisu, ia memandang benci ke arah Aidyn.

"Jawab!" Bentaknya sambil menarik kembali rambut Monica sehingga rontok beberapa helai.

"Bukan urusanmu! Awh!"

Aidyn melepaskan tarikannya, ia mengeluarkan pisau kecil di sakunya. Ia mengusap-usap pelan pisau itu di pipi Monica membuat sang empu mulai bergetar takut.

"Ohoho, bukan urusanku? Apa maksudmu bukan urusanku? Kau menghilang seminggu lamanya, orang tuamu terus bertanya kepadaku dimana putri kesayangan mereka yang bodoh itu, padahal putrinya sendiri tidak memperdulikan mereka. Bahkan Jake dan yang lainnya mencarimu! Dan apa yang kudapat, setelah mereka menemukan jejakmu karena menjual kalung pernikahan kita?! Kau berkhianat dengan seorang pria yang tidak tahu asal usulnya dengan jelas, dan kau dengan mudah berkata dia kakakmu?"

Aidyn mengusap air mata yang mengalir di pipi Monica dengan pisaunya sambil sedikit menggoresnya memanjang dan dalam. Kemudian Aidyn tersenyum bak iblis tatkala melihat darah mengalir hingga ke dagu gadis itu.

Monica meringis, bibirnya bergetar, semakin ia mengeluarkan air mata semakin terasa perih di pipinya. Dengan mata yang memerah ia menatap Aidyn dengan pandangan luka. Kini air matanya telah tercampur dengan darahnya, bahkan rasanya kental, asin dan bau amis.

"Kenapa kau melakukan ini, Ardolph?!" Teriaknya membuat Aidyn tersenyum masam.

"Menurutmu? Yah.. kau tahu sendiri, aku sedang sedikit menghukum kucing nakalku ini. Dia sangat keras kepala dan bodoh."

Aidyn mencengkram dagu Monica kuat, "kau terlalu cantik Ella, karena wajah ini pria itu menyukaimu bukan? Bahkan dia rela menukar nyawanya untukmu.. sungguh pria yang tidak waras dan gadis yang sangat bodoh? Hahaha.."

Monica kembali menangis, matanya bergulir cepat dengan terbata-bata ia bertanya "k--kau a--apakan kakak-ku?!!"

"Kakakmu? Sampai kapan kau akan menyembunyikan hubungan kalian?!"

"Jawab saja brengsek! Kakakku atau bukan itu urusanku bukan urusanmu! Apa yang kau lakukan padanya! Jika saja terjadi sesuatu, aku akan membencimu seumur hidupku!!"

Aidyn mengeraskan rahangnya, dengan kuat ia mendorong tubuh Monica hingga tertidur. Kemudian menindihnya, menatap wajah monica yang basah karena air mata dan darah.

"Aku semakin yakin, hubungan kalian bukan adik-kakak biasa. Kau mencintainya?"

Monica diam membisu, ia menahan nyeri di tangannya yang Aidyn remas sangat kuat.

Xiu Juan TransmigrationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang