"Ella?"
Monica sangat terkejut ia segera menghapus air matanya dan menghirup napas banyak.
"Y--ya?" Jawabnya tanpa menoleh ke belakang.
"Aku.. pergi sebentar, mungkin nanti malam aku kembali." Aidyn memandang sendu punggung Monica, gadis itu terdiam ia masih enggan menoleh ke belakang.
"Apa peduliku? Biasanya kau langsung pergi-pergi saja, tanpa meminta izin padaku."
Jlebb
Aidyn mengusap wajahnya yang tiba-tiba kebas, "aku berubah pikiran. Aku tidak akan pulang malam ini"
Blam!
Lagi dan lagi Monica tersentak kaget, ia menoleh ke belakang melihat pintunya sudah tertutup rapat.
"Dasar pria tidak peka! Padahal.. istrinya sedang marah dia malah keluar rumah, dan apa katanya? Tidak akan pulang? Durhaka sekali!"
Monica menghempaskan tubuhnya di ranjang, moodnya sedang buruk hari ini. Ia sangat kesal, tidak ada handphone, tidak ada Aidyn, tidak ada Jake. Tapi tunggu, bukankah Aidyn tidak akan pulang? Dan ini adalah kesempatan emas untuk dirinya kabur dari mansion ini.
"Uhh, Monica kau sangat pintar sekali! Kalo begitu, mari kita siap-siap!"
Hanya butuh waktu lima menit, koper kecil berwarna biru sudah ia pegang. Tak banyak, Monica hanya membawa beberapa pakaian, sedikit harta miliknya ya meskipun itu pemberian dari Aidyn.
"Untuk urusan handphone aku bisa membelinya lagi.. sekarang aku hanya harus kabur dari mansion dan selanjutnya pikirkan dimana aku harus tinggal."
Monica melangkahkan kakinya, ia menutup pintu kamar, menuruni anak tangga. Setelah diluar rumah, gadis itu menghirup napas panjang, dari hatinya yang paling dalam ia merasa sesak dan sedih karena akan meninggalkan Aidyn.
Ya, setidaknya Aidyn adalah orang pertama yang baik padanya. Baik dalam artian orang yang bersedia memberikannya tempat tinggal dan makan. Meskipun itu haknya sebagai istri, namun.. Monica tetap berterima kasih pada Aidyn.
"Selamat tinggal semuanya, hm.. ternyata tinggalnya aku sendiri disini cukup memberikan banyak peluang."
Jika dulu ia selalu gagal, karena Jake yang selalu di perintahkan untuk mengawasinya setiap detik. Entah pria itu yang selalu berada di dekatnya, atau ada beberapa alat pelacaknya yang disimpan pada pakaian Monica. Mirip seperti tahanan atau buronan, tapi kali ini tidak ada Jake. Mungkin karena kelewat kesal, Aidyn melupakan Jake.
Monica kembali mengambil langkah, dia tersenyum lebar dalam hatinya berkata inilah hidup yang sesungguhnya. Tanpa hinaan, tanpa kekangan, semuanya bebas.
"Kenapa letak mansionnya berada jauh di kota?! Aku kan jadi susah mencari tumpangan.. kekuranganku hanya satu, aku buta arah. Tapi semoga saja aku bisa mencari jalan keluar!"
Matanya melirik kanan dan kiri yang rata-rata sangat banyak sekali pepohonan. Ini pertama kalinya dia keluar mansion tanpa diantar supir atau kalau tidak, dia akan memesan taksi online.
Tapi sekarang beda cerita, dirinya sama sekali tidak memegang alat komunikasi. Sudah satu jam dia terus berjalan tanpa melihat arah, karena kelelahan Monica memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon besar dekat dengan sungai.
"Huh, sepertinya aku tersesat. Aku tidak pernah melihat sungai ini dan sepertinya semakin sulit menemukan jalan raya."
Monica mengusap peluh di keningnya, ia juga mengibas-ibaskan tangannya karena kepanasan.
"Aku lapar dan haus, menyesal sekali aku tidak sempat membawa makanan sedikitpun."
Monica menatap lekat sungai itu, ia mengusap lehernya karena merasa sangat kering, membutuhkan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xiu Juan Transmigrations
FantasyJudul awal : Different soul Genre : fantasy-Transmigrations ini cerita first aku genre transmigrasi >< semoga suka♡ ------- Di hina, Di khianati, dan terakhir di racuni. itulah nasib malang seorang gadis yang bernama Xiu Juan, yang di juluki putri t...