Monica menggigit bibir bawahnya menahan rass takut, mata Aidyn sedari tadi menatapnya seakan-akan ia adalah sebuah benda yang akan hancur dengan sekali tatap.
"H--hadiah?"
Aidyn mengangguk, tatapannya mendatar memandang benci kearah Monica.
"Pilih, bagian mana?"
Monica mengernyit, "maksudmu?"
"Aku akan mencoba benda ini." Aidyn mengacungkan sebuah pistol membuat Monica membelalakkan matanya terkejut, tangannya semakin kuat meremas bajunya.
"Apa aku akan mati? Bahkan aku belum sempat bahagia!"
"K--kau mau a--apa Ardolph?!"
"Kau tebak saja sendiri. Seorang pria memegang pistol, apa dia akan main masak-masak?!"
Monica tertawa kecil, entah di bagian mana yang ia anggap lucu, namun ia merasa sedikit gila saat ini. "Kau! Kenapa tertawa?!"
Aidyn mengeraskan rahangnya, ia tak suka melihat Monica tertawa. Itu membuat sesuatu dalam dadanya berdetak kencang, Monica sangat cantik saat tertawa. "Jika kau tak berhenti tertawa aku akan tembak kakimu," ucapnya dingin seketika membuat Monica diam.
Monica merutuki kebodohannya, kenapa ia sempat-sempatnya untuk tertawa disaat nyawanya terancam?
Monica menatap lurus ke manik hitam pekat Aidyn. "Apa salahku?! Kenapa kau ingin membunuhku, hah?!"
Aidyn terkesiap karena Monica setengah berteriak kepadanya, ia tersenyum tipis. "Punya nyali juga kau," ucapnya mengabaikan pertanyaan Monica.
Ia semakin mendekati Monica, gadis itu memundurkan badannya sehingga ia terperangkap di pojok ruangan yang dihimpit oleh dinding.
"M--mundur! Kau pikir aku takut padamu? Kau tak lebih dari pria payah yang hanya berani pada seorang gadis!" Matanya bergulir kesana kemari, tangannya mendingin, bulir-bulir keringat mengucur deras di kening dan pelipisnya.
Aidyn berdecih, "kau pikir aku percaya? Sayang sekali.. Matamu itu tak bisa berbohong, Ella.. kau, ketakutan," bisiknya rendah di samping telinga Monica. Dengan gerakan pelan ia menempelkan pistolnya ke ujung pelipis Monica yang banjir keringat.
Aidyn menggeram karena harum strawberi menguar dari tubuh Monica, "jadi apa pilihanmu? Tenang saja, aku akan langsung menyembuhkannya.."
Monica menunduk, pandangannya terlihat kabur karena air mata sudah menggenang di pelupuknya. "Bunuh saja aku," ucapnya pelan membuat Aidyn menjauhkan wajahnya dari leher Monica. Begitupun pistol di tangannya, membuat Monica menatapnya lelah.
"Daripada kau hanya mempermainkan hidupku, bunuh saja aku!!"
Monica berteriak marah, sudah cukup dirinya disakiti. Bahkan bayangan saat Aidyn menusuk tangannya dulu terlintas begitu saja, rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang.
"Tidak akan! Aku tidak akan membiarkanmu mati dahulu, sebelum aku puas menyiksamu!"
Monica sudah tak bisa menahan lagi tangisnya, pipinya basah karena air mata. "Kau.. kau! Monster, aku menyuruhmu untuk membunuhku kau tidak mau! Sekarang aku menginginkan kebebasan, ceraikan aku!"
Plak
Aidyn menampar keras pipi kanan Monica membuat sudut bibirnya berdarah, Monica menahan sesak di dadanya. Meskipun ini bukan yang pertama, namun ini sangat membuatnya terluka.
"Kenapa?! Apa aku mulai membuka hati untuknya? Jangan bodoh kau Monica.."
"Tidak ada kebebasan untukmu! Sekalipun itu kematian, camkan itu baik-baik Ella."
KAMU SEDANG MEMBACA
Xiu Juan Transmigrations
FantasyJudul awal : Different soul Genre : fantasy-Transmigrations ini cerita first aku genre transmigrasi >< semoga suka♡ ------- Di hina, Di khianati, dan terakhir di racuni. itulah nasib malang seorang gadis yang bernama Xiu Juan, yang di juluki putri t...